Minggu, 26 Juli 2020

CERITA ATALANTA MUSIM 2019 – 2020: “MULAI DARI MOMOK MENAKUTKAN DI SERIE A SAMPAI MENJADI CLUSTER PENYEBARAN COVID-19 DI ITALIA”


CERITA ATALANTA MUSIM 2019 – 2020: “MULAI DARI MOMOK MENAKUTKAN DI SERIE A SAMPAI MENJADI CLUSTER PENYEBARAN COVID-19 DI ITALIA”


Atalanta Bergamasca Calcio atau yang biasa dikenal dengan Atalanta, klub ini didirikan pada tanggal 8 Oktober 1907 dan sekarang bermarkas di stadion Atleti Azzurri d’Italia, Beergamo, Italia yang berkapasitas 21.300 orang penonton.
Edufriend, siapa yang sebelumnya mengenali klub ini? Mungkin tak ada yang mengenalnya, selain sebagai klub semenjana di Italia. Bahkan, fans klub Serie A (Liga Italia) sendiri menganggap mereka selama ini hanya menjadi klub medioker di Italia, namun stigma medioker tersebut perlahan mulai menghilang dari klub yang berasal dari kota Bergamo, Italia beberapa tahun terakhir ini.

(Sumber: Getty Images)

Sejak musim 2016 – 2017, Atalanta acap kali mengakhiri musim mereka di Zona Eropa (7 besar). Pada musim kompetisi 2016 – 2017, Atalanta mengakhiri musim di posisi ke-4 Serie A dan mengamankan satu tempat di fase grup Liga Europa 2017 – 2018. Di musim selanjutnya, mereka berhasil finish di posisi ke-7 Serie A dan kembali berhasil mendapatkan satu spot Liga Europa 2018 – 2019 melalui jalur kualifikasi, di musim yang sama Atalanta terhenti di babak 16 Besar Liga Europa setelah kalah agregat 4-3 dari raksasa Jerman, Borussia Dortmund. Di musim 2018 – 2019 Atalanta mulai menunjukkan tajinya, mereka berhasil finish di posisi ke-3 klasemen akhir Serie A 2019 – 2020, serta keluar sebagai runner-up Coppa Italia setelah dikalahkan Lazio di final dengan skor 0-2.
Puncaknya terjadi pada musim ini, dimana Atalanta benar-benar menemukan performa terbaiknya. Menjelang berakhirnya musim kompetisi 2019 – 2020 ini yang sempat terhenti akibat pandemi COVID-19, Atalanta telah melesatkan 95 gol di Serie A (ini membuat mereka jadi tim terproduktif dalam satu musim sepanjang sejarah Serie A melewati rekor gol yang ditorehkan Napoli dengan torehan 94 gol di musim 2016 – 2017) dan 16 gol di Liga Champions, yang mana bila ditotalkan jumlahnya berarti mereka telah mencetak 111 GOL selama musim 2019 – 2020, jumlah yang sangat fantastis untuk ukuran “klub medioker”. Bahkan, di akhir musim ini pun mereka berhasil menyegel satu tempat di fase grup Liga Champions musim depan usai memastikan diri berada di posisi 4 besar bersama dengan Juventus, Internazionale, dan Lazio (zona Liga Champions) yang mana poin mereka sudah tidak mampu dikejar oleh pesaing mereka di posisi 5, 6, dan 7 secara berurut, yaitu Roma, Milan, dan Napoli.

(Sumber: Skysports)

Tak hanya garang di Italia, Atalanta juga menunjukkan tajinya di Eropa (sejauh artikel ini ditulis) dengan lolos ke babak Perempat Final Liga Champions Eropa yang mana mereka akan berhadapan dengan Paris Saint-Germain pada tanggal 13 Agustus nanti.
Namun, ada cerita unik dibalik kesuksesan klub berjuluk La Dea ini, bukan berasal dari tangan dingin allenatore Gian Piero Gasperini ataupun kisah pemain-pemain hebat nan heroik Atalanta musim ini, seperti Mario Pašalić, Josip Iličić, Alejandro Gómez, Marten de Roon, dll. Dibalik kesuksesan mereka musim ini, Atalanta juga menjadi salah satu penyebab masifnya penyebaran virus COVID-19 di Italia. Cerita ini datang setelah pertandingan leg pertama babak 16 Besar Liga Champions yang mempertemukan Atalanta dengan wakil Spanyol, Valencia yang berakhir dengan skor 4-1 untuk kemenangan Gli Orobici. Pertandingan yang digelar di stadion San Siro, Milan ini (akibat dari tidak bisa dipakainya stadion Atleti Azzurri d’Italia, karena tidak memenuhi standar UEFA untuk menggelar pertandingan Liga Champions) dihadiri oleh 44.236 penonton yang mayoritas penonton berasal dari kota Bergamo yang berjarak 52 km dari venue pertandingan. Pada saat itu, penyebaran COVID-19 di wilayah Italia Utara sudah cukup massif dan berbahaya, kasus positif COVID-19 di Italia sendiri tercatat pertama kali di wilayah Condogno, Lombardy yang masih satu kawasan dengan Bergamo dan Milan. Keputusan untuk memainkan pertandingan dengan dihadiri oleh penonton sebanyak itu, pada akhirnya dianggap sebagai “bom biologis” oleh walikota Bergamo, Giorgio Gori.

(Sumber: Armando Mercuri/IPTC)

Namun nasi sudah menjadi bubur, banyak yang terdampak pasca pertandingan tersebut. Bahkan, dikabarkan kasus penyebaran COVID-19 di kota Bergamo langsung naik tajam setelah pertandingan ini, dan juga fans serta beberapa pemain Valencia terdiagnosa positif COVID-19 sepulang dari pertandingan di Italia. Ya, fakta yang cukup mengerikan.
Terlepas dari itu, Atalanta tetap menunjukkan keseriusan mereka musim ini. Mereka masih bisa menunda pesta juara Juventus, karena mereka masih memiliki kans untuk merengkuh Scudetto (gelar juara Serie A Italia), meskipun tidak terlalu besar. Namun seperti yang kita ketahui, apapun bisa terjadi dalam sepakbola, tak ada yang tidak mungkin.
Bahkan, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi kandidat pesaing serius Juventus di Serie A musim depan serta menjadi kekuatan yang diperhitungkan di Liga Champions Eropa musim depan.
FORZA ATALANTA!

Muhammad Rafif

0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Badan Penyelenggara Radio Siaran Educational Radio

Address:

Universitas Negeri JakartaGedung G Lantai 1 Ruang 101

Work Time:

Monday - Friday from 8am to 8pm

Phone:

0899-2107-7878