Senin, 15 Januari 2018
Pemilihan
Umum (Pemilu) yang sedang berlangsung mulai dari tanggal 28 Desember - 12
Januari 2017 yang bertujuan untuk mencari calon General Manager (GM) BPRS ERAFM UNJ yang baru.
Ada 4 kandidat calon GM periode 2018-2019 yang sudah mencalonkan dirinya, yaitu
Elpram Ilmawan, Dzulhieda Yusrania, Arya Firmansyah, dan Guntur Aulia. Acara ini
dipersiapkan dari pertengahan bulan Desember, panitia yang
terlibat yaitu crew ERAFM angkatan 16.
Acara ini diawali dengan
membuka OPREC GM, pemilu calon GM yang baru dari tanggal 28 desember sampai
dengan 12 Januari 2017. Pada tanggal 12 Januari pemilihan ditutup. Kegiatan dilanjutkan
dengan penghitungan suara pada hari Senin, 15 Januari 2017 di Sekretariat ERAFM
UNJ di Gedung G. Dalam penghitungan suara diperoleh suara unggul yaitu Guntur
Aulia. Dengan demikian, Guntur Aulia merupakan calon terpilih BPRS ERAFM UNJ
Periode 2018-2019. Calon terpilih akan
diresmikan pada Musyawarah Besar BPRS ERAFM UNJ Periode 2017-2018 pada tanggal
20-21 Januari 2017.
Lisa
Sabtu, 13 Januari 2018
Akreditasi UNJ Turun?
Kabar
yang cukup menghebohkan bagi para Civitas Akademika UNJ mengenai akreditasi UNJ
yang turun menjadi B. Hal ini menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Diketahui
sebelumnya akreditasi Universitas Negeri Jakarta adalah “A” yang
ditetapkan oleh BAN-PT, berdasarkan Surat
Keputusan 763/SK/BAN-PT/Akred/PT/VII/2015 yang berlaku hingga 10 Juli
2020. Seharusnya akreditasi A tersebut masih berlaku, namun pada kenyataannya,
kampus kita tercinta telah diturunkan akreditasinya menjadi B. Hal ini pun
menjadi perbincangan sekaligus pertanyaan besar bagaimana bisa surat keputusan
yang harusnya berlaku sampai 2020 kini berbeda kenyataannya.
Sebenarnya
ada sebuah standar penilaian untuk menentukan akreditasi suatu perguruan
tinggi, adapun standar penilaian tersebut yaitu:
1. Jumlah
tenaga pengajar
2. Kurikulum
setiap program studi
3. Koordinasi
pelaksanaan pendidikan, termasuk fasilitasnya
4. Kondisi
Mahasiswa
5. Kesiapan
administrasi, kepegawaian, keuangan dan lain-lain.
Kini para Civitas Akademika UNJ patut
bersabar atas keputusan yang telah ditetapkan dan berharap semoga Universitas
Negeri Jakarta dapat menjadi lebih baik lagi.
Rizal Subekti
Jumat, 12 Januari 2018
The Marvelous Broadcaster: The Adventure of A Fascinating Broadcaster
Masih seputar rangkaian ERA FESTIVAL 2018, Broadcasting Seminar Vol. III bertemakan 'The Marvelous Broadcaster: The Adventure of A Fascinating Broadcaster'
telah berhasil diselenggarakan pada Rabu, 10 Januari 2018 di Aula Latief
Hendraningrat, Kampus A, Universitas Negeri Jakarta. Acara ini diikuti oleh
Civitas Akademika UNJ. Adapun fokus dari seminar ini adalah mengenai produser
dan announcer. Pembicaranya yaitu Aga
Gonzaga dan Shandy Lou yang merupakan ahli pada bidang nya masing-masing.
Antusias para peserta dapat dilihat dari aktifnya peserta dalam bertanya
seputar produser maupun announcer. Selain
seminar, dalam acara ini pula diumumkan pemenang dari kegiatan Spontaneous Announcing Competition yang
diselenggarakan satu hari sebelumnya. Acara ini diharapkan menjadi ajang branding dunia keradioan kampus kepada
para Civitas Akademika UNJ.
Ucha
Tantangan Dalam Kegiatan Spontaneous Announcing Competition
Pada Selasa, 9 Januari 2018 telah dilaksanakan kegiatan Spontaneous Announcing Competition yang
diselenggarakan oleh BPRS ERAFM UNJ. Acara ini merupakan rangkaian dari ERA
FESTIVAL 2018. Sasaran dari kegiatan ini adalah Civitas Akademika UNJ dan juga
khalayak umum. Lomba ini diikuti oleh beberapa mahasiswa di UNJ dari berbagai
latar belakang prodi yang berbeda. Banyak peserta yang baru pertama kali
merasakan siaran dalam sebuah studio. Pada lomba ini, peserta diharuskan untuk
melakukan siaran dengan tema yang telah disiapkan panitia. Peserta hanya
memiliki waktu 3 menit untuk mencari informasi seputar tema. Setelah itu,
peserta diberikan waktu selama 7 menit untuk melakukan siaran dengan tema yang
telah diberikan. Tema yang baru diberikan saat akan tampil menjadi sebuah
tantangan tersendiri bagi peserta, mengingat waktu yang dimiliki cukup singkat.
Hal ini menuntut pengetahuan dan kreatifitas dari masing-masing peserta.
Pemenang dari lomba ini yaitu, untuk single DJ ada Rayhandika dan untuk Duo DJ
ada Amelia dan Yusman. Diharapkan acara ini menjadi ajang untuk menarik minat
Mahasiswa UNJ terhadap dunia keradioan khususnya radio kampus.
Andi Nurul
Kamis, 11 Januari 2018
Pentingnya Penanaman Nilai Kejujuran Untuk Mengurangi Kebiasaan Menyontek #KATAUNJ16
Menyontek merupakan sesuatu yang
dianggap sebagai tindakan tidak terpuji serta mengkhianati karakter, terutama
kejujuran. Seperti apa yang diungkapkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Tim Pustaka Pheonix, 2009), menyontek berasal dari kata sontek yang berarti
melanggar, menocoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain
sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak.
Kebiasaan menyontek hadir dikarenakan
berbagai faktor. Ada faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam
dapat disebabkan kurangnya kesadaran atas kejujuran, ketidakupayaan untuk
berusaha lebih, serta kurangnya rasa percaya diri dan yakin terhadap hasil
kerja pribadi. Faktor dari luar yakni lingkungan yang cenderung memiliki
paradigma bahwa seseorang akan lebih dihargai ketika memliki nilai yang tinggi
ketimbang proses itu sendiri. Kegiatan mencontek pun ditempuh dengan berbagai
cara. Hetherington dan Feldman (Anderman dan Murdock, 2007) mengelompokkan
empat bentuk perilaku menyontek, yaitu: Individualistic-opportunistic dapat
diartikan sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian
atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru atau guru
keluar dari kelas. Independent- planned dapat diidentifikasi sebagai
menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban
yang telah lengkap atau telah dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu
sebelum ujian berlangsung. Socialactive yaitu perilaku menyontek dimana siswa
mengkopi, melihat atau meminta jawaban dari orang lain. Social-passive adalah
mengizinkan seseorang melihat atau mengkopi jawabannya.
Kebiasaan mencontek di kalangan pelajar
Indonesia bahkan dianggap sebagai hal yang lumrah saja. Terlebih mendekati
musim ujian sekolah ataupun Ujian Nasional. Kasus terbesar dalam pelaksanaan UN
2015 adalah bocornya naskah soal di internet. Dari hasil verifikasi kala itu,
ada 30 buklet dari 11.730 total buklet soal UN yang telah diunggah secara
ilegal. Kejadian tersebut lantas membuat Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
(Kemdikbud) bertindak, yakni dengan berkoordinasi dengan Menkominfo untuk
memblokir tautan Google yang berisi naskah soal UN itu. Koordinasi via telefon
juga dilakukan dengan Google Inc dalam upaya pemblokiran. Hal tersebut
mengakibatkan kunci jawaban diobral sana sini seolah menjadi peluang bisnis
yang menjajikan. Padahal apabila ditelaah lagi secara logis, penjual kunci
jawaban pun tidak ketahui identitas serta kapabiltasnya dalam membuat kunji
jawaban. Mirisnya, pelajar atau pembeli kunci jawaban itu sendiri tidak
memusingkan hal semacam itu, asalkan kunci jawaban didapat dan selamat.
Selain maraknya jual beli kunci
jawaban, termyata pelaku kecurangan pun datang dari pihak sekolah itu sendiri,
terutama guru. Menurut data dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI),
terdapat tujuh jenis kecurangan yang terjadi di UN tahun ini. Data kecurangan
tersebut berdasarkan laporan atas pelaksanaan UN di Lampung, Pontianak, Medan,
Jakarta, Surabaya, dan Cikampek. Laporan yang masuk diperoleh dari pengaduan masyarakat
di pos pemantauan UN. Kecurangan tersebut diantaranya yaitu ada laporan
kecurangan sistemik di Lampung. Atas perintah kepala sekolah, guru memasuki
ruangan dan membantu siswa mengerjakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Realitas yang demikian mirisnya seolah mencambuk pemikiran bahwa nilai-nilai
korupsi sudah tertanam sejak dini di kalangan masyarakat Indonesia, terutama
pelajar yang kelak menjadi penerus di masa yang akan datang. Kenyataan tersebut
kembali mencabik wajah pendidikan Indonesia yang gagal mengedepankan nilai
kejujuran dalam setiap lini kehidupan.
Dalam sebuah acara seminar di Universits
Tadulako, Ketua KPK Abraham Samad menyatakan “Menyontek saat ujian, berarti
tidak jujur, dan ini adalah cikal bakal dari kejahatan korupsi. Serta merupakan
intellectual corruption atau korupsi intelektual,” tegas Dr. Abraham Samad.
(Dikutip dari bcbrita.com). Karenanya, menyontek merupakan permasalahan yang
harus diatasi dimulai dari mencabut akar-akar ketidakjujuran itu sendiri.
Penanaman karakter kembali terutama penanaman nilai kejujuran di lingkungan
sekolah maupun sosial sangat dibutuhkan sedari dini agar pelajar memiliki
prinsip dan kesadaran akan hal tersebut. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya dan adat istiadat. Saat ini, pendidikan karakter juga berarti
melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik, dan berkelanjutan untuk
membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia
bahwa tidak aka nada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan
karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih
baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, serta tanpa rasa percaya diri.
Pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang
dapat menyetujui nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religious, atau
bias budaya. Salah satunya adalah Trustworthiness (Kejujuran) yang merupakan
pilar paling utama, yakni jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah
handal melakukan apa yang dikatakan akan dilakukan, melakukan hal yang benar,
bangun reputasi yang baik, patuh, berdiri dengan keluarga , teman, dan negara.
(Sistem Pendidikan Nasional). Thomas Lickona dalam bukui terkenalnya,
“Educating for Character” (1991) menyimpulkan, pendidikan karakter adalah usaha
sengaja untuk menolong peserta didik agar memahami, peduli akan, dan bertindak
atas dasar inti nilai-nilai etis. Dalam hal ini, guru dan orang tua memainkan
peran yang sangat vital. Guru sebagai pendidik memiliki tugas yang berat dalam
upaya mengatasi kebiasaan mencontek di kalangan pelajar. Salah satu upaya yang
bisa dilakukan oleh guru ialah memberikan motivasi pada siswa yang mencontek pada
saat ujian agar siswa dapat bersikap jujur dalam menghadapi ujian dan
menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa.
Penanaman nilai kejujuran bukan hanya
tanggung jawab pemangku pendidikan di sekolah semata. Lebih dari itu, orang tua
dan lingkungan yang merupakan stakeholder juga turut menyumbang pendididikan
karakter, dimana karakter adalah sesuatu yang melekat dan terbentuk sedari dini
mungkin. Oleh karena itu, penanaman nilai kejujuran kepada anak sedini mungkin
merupakan hal yang penting dilakukan demi mengurangi kebiasaan menyontek di
Indonesia. Seperti halnya sebuah ungkapan bahwa “Anak-anak berjumlah hanya
sekitar 25% dari total populasi, tapi menentukan 100% dari masa depan.”
Purwo Besari
Manajemen Pendidikan 2015
Potret Diri Potret Bangsa #KATAUNJ15
"Bangsa
yang berkarakter adalah bangsa yang kelak mampu bertahan dalam berputarnya masa"
Karakter adalah pembawaan diri
sejak seseorang dilahirkan ke dunia, kaitannya dengan etika, moral, sikap,
perilaku hingga hal tersebut membuat seorang yang satu berbeda dengan seorang
yang lainnya. Karakter yang tertanam dalam diri seseorang kelak yang akan
membawa diri dalam kehidupan bermasyarakat. Kelak akan menjadi cerminan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Karenanya, karakter tak hanya bicara soal ciri
atau jati diri. Melainkan perilaku pada setiap individu. Karakter tidak serta
merta terbentuk begitu saja. Pembentukan karakter dimulai sejak seseorang
berada pada usia dini dimana tahap prepatory stage dimulai. Dimana usia anak
dibawah sepuluh tahun pun sudah dapat belajar meniru apa yang ada di sekitarnya
kendati belum memahami sesungguhnya apa yang ia tirukan. Apa yang seorang anak
peroleh sejak kecil, itulah yang akan tertanam hingga kelak ia dewasa. Tak
heran bahwa mendidik anak berkarakter sedari dini merupakan investasi besar di
masa depan.
Karakter selalu bertaut dengan apa
yang kita sebut pendidikan. Ya, karena lewat pendidikan itulah karakter
ditransformasikan. Pendidikan karakter berbicara bagaimana mendidik siswa
menjadi manusia yang berkarakter yakni manusia pancasila sesuai dengan ideologi
bangsa kita, Indonesia. Tentu ini merupakan cita -cita luhur bangsa dimana kita
menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter dan maju.
Cita-cita hanyalah asa. Bagai pungguk rindu akan rembulan. Cita-cita itu
rasanya masih enggan atau terlampau jauh untuk kita gapai. Manusia pancasila
seolah menjadi jargon semata. Buka mata dan kita bisa lihat fakta berbicara.
Karakter bangsa seolah hilang dalam diri setiap rakyat Indonesia. Indonesia
memang kaya akan manusia yang pintar atau bahkan jenius. Namun, Indonesia
miskin manusia intelek yang berkarakter. Politikus yang pandai berorasi namun
tak memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama yang kelaparan. Pemerintah yang
tanpa dosa memakan jerih payah uang rakyat demi menenggak kekuasaan. Guru yang mengaku
sarjana berkualitas seakan mengajar tanpa hati. Generasi muda yang rajin
menyontek, bolos, atau bahkan terlibat narkoba. Sungguh memilukan. Namun, beginilah
potret pendidikan karakter bangsa masa kini.
Dari hulu hingga hilir. Semua terlihat
carut marut. Pendidikan karakter dianggap sesuatu yang tak lebih penting dari
pendidikan kognitif yang hanya mementingkan kecerdasan otak tanpa menaruh
perhatian pada kecerdasan emosional. Tak ayal jika pendidikan Indonesia hanya memproduksi
manusia robot. Padahal yang perlu kita tahu adalah kecerdasan emosional berpengaruh
80% terhadap kesuksesan seseorang. Kecerdasan emosional ini berkaitan dengan
karakter dalam diri seseorang. Bagaimana ia mampu beretika dengan sopan dan
santun, jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, dan lainnya. Nilai nilai
yang ada dalam pendidikan karakter harus diintegrasikan dalam diri setiap
siswa. Tak hanya sekolah yang harus mendidik siswa. Namun, yang paling utama
adalah penerapan pendidikan karakter dalam keluarga. Dimana keluarga merupakan
lingkungan pertama sang anak memperoleh pendidikan. Para stakeholder dari unit
terkecil yakni keluarga hingga unit terbesar yakni negara harus mampu bekerja
sama dalam membangun pendidikan karakter. Semua pihak harus memiliki kesadaran
bahwa pendidikan karakter harus dimulai sedari dini, bukan hanya saat sang anak
menginjak bangku sekolah. Sehingga, ketika nilai sudah tertanam kuat, sekolah
sebagai tahap lanjutan untuk sang anak
mengembangkan diri dan mengaplikasikan karakter baik yang ada dalam diri.
Kita harus mengingat bahwa generasi
muda ialah mereka yang kelak membawa masa depan Indonesia. Dalam genggaman
merekalah Indonesia akan mampu meraih kejayaan atau justru semakin terpuruk. Di
atas pundak mereka, Indonesia mampu menjadi bangsa yang madani atau negeri yang
selalu dirundung korupsi. Ilmu tanpa budi bagai kapal tanpa nahkoda. Bagaikan
berjalan dengan mata tertutup. Takkan mengerti mana yang baik dan mana yang
buruk. Begitu pun berbudi tanpa ilmu hanya akan menjadi manusia yang dijajah
oleh masa. Akalnya akan searasa sempit.
Karenanya, kedua hal harus seimbang agar menjadi manusia cerdas nan
berkarakter. Negara yang maju berasal dari masyarakatnya yang berkarakter dan
cerdas. Masyarakat demikian berasal dari individu-individu yang berkualitas. Cerminan
diri adalah cerminan bangsa. Miniatur tiap keluarga merupakan refleksi miniatur
negara. Mulai pada diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Tak ada kata
terlambat untuk berbenah. Sekarang, untuk Indonesia yang lebih baik!
Tita
Desyara
Pendidikan
Bahasa Inggris 2015
Tahun Baru, Resolusi Baru #KATAUNJ14
Selamat
tahun baru, Edufriend! Gak kerasa yah sudah 365 halaman terisi cerita-cerita keseharian
yang sudah kita lalui. Hayoo Edufriend lagi bernostalgia apa aja yang udah
terjadi di tahun 2017 ini ya? Mulai dari cerita-cerita bahagia, sedih, susah,
senang, tawa, ria mulai membayangi pikiran. Tapi, pernah terpikir gak sih apa
aja yang sudah kita lakukan selama satu tahun? Mimpi dan harapan apa yang sudah
diraih?
Nah,
momen tahun baru ini bukan cuma perayaan nya aja meriah tapi merupakan waktu
yang paling tepat loh untuk memberikan evaluasi diri selama satu tahun yang
terjadi. Memang pentingnya apa ya? Melalui evaluasi diri ini, Edufriend bisa
tau hal apa aja yang udah dilakuin dan apa aja yang masih harus dicapai di
tahun berikutnya. Jadi, setiap tahunnya selalu ada tantangan yang harus
dilakukan, biar hidupnya gak gitu gitu aja ya kan? Hehe. Selain itu, evaluasi
ini penting untuk membuat resolusi untuk tahun kedepannya, karena ketika
Edufriend menentukan resolusi di tahun baru ini, secara gak langsung, Edufriend
memotivasi diri sendiri untuk bisa mencapainya.
Trus
gimana ya cara menentukan resolusi? Sebenernya hal paling utama yaitu
menententukan prioritas. Misalnya, apa sih hal utama yang mau Edufriend raih di
tahun ini, bisa travelling bareng
temen ke tempat wisata atau mungkin lulus kuliah, itu tergantung keinginan dan
kebutuhan utama Edufriend. Selama prioritas sudah ditentukan, tinggal bagaimana
cara Edufriend untuk menggapai mimpi tersebut. Resolusi ini juga membantu
Edufriend untuk belajar bertanggungjawab terhadap apa yang sudah direncanakan.
Jadi, apa nih resolusi Edufriend di tahun ini?
Neneng Halimatusadiah
Pendidikan Bahasa Inggris 2015
Ajaibnya Kotaku, Indahnya Kotaku Bojonegoro Matoh #KATAUNJ13
Ketika
kita mendengar keajaiban, kita pasti berpikir sesuatu yang magic, langka, luar
biasa, dan lain sebagainya. Adakah di dunia ini keajaiban? Dunia ini penuh
dengan keajaiban ya keajaiban dari yang Maha Kuasa, jika di hubungkan dengan
pariwisata dan pariwisata tidak lepas dari destinasi wisata. Adakah keajaiban
dunia yang dijadikan destinasi wisata? Wah, pastinya ada, yang kita kenal
sebagian besar keajaiban dunia seperti Menara Eifel di Paris, Tembok Besar di
China, Taj Mahal di India, Candi Borobudur di Yogyakarta, Indonesia.
Indonesia?
Jika berbicara tentang Indonesia, Indonesia sangatlah beragam dari mulai bahasa
daerah, suku, seni, dan budaya tersebar dari Sabang sampai Merauke, begitu juga
dengan destinasi wisatanya, banyak sekali yang terkenal diantaranya Bali,
Lombok, Manado, Papua, Aceh, dan lain sebagainya. Indonesia memiliki keajaiban
dunia yang sudah di kenal di dunia ya namanya juga keajaiban dunia yaitu Candi
Borobudur, tapi sebenarnya banyak sekali kalau mau di Eksplore salah satunya
adalah Api Abadi ? Wah dimana itu ? Neraka ? Seram sekali, amit-amit ya. Api
Abadi yang satu ini beda dari yang lainnya api abadi ini berada di Kayangan
Api. Kayangan api adalah destinasi wisata yang terletak di sendangharjo,
ngasem, dander, bojonegoro, Jawa Timur. Kayangan api adalah salah satu
keajaiban dunia yang belum tereksplore, kayangan api memiliki sumber api abadi yang
tak kunjung padam yang terletak di kawasan hutan lindung. Api ini tidak pernah
padam walaupun turun hujan sekalipun. Biaya untuk memasuki khayangan api hanya
Rp. 7500 dan Rp.1.000 untuk asuransi jiwa. Sungguh terjangkau ya harga tiket
masuknya apalagi juga terdapat asuransi jiwanya.
Kayangan Api adalah tempat
bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan
sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber
api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat
itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian
dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. Sumber Api, oleh
masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api
tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah
dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana
X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan
dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari
yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika
gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani
oleh siapapun.
Dan
pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum'at Pahing banyak orang
berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya
lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat
pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih
desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Pengembangan
wisata alam Kayangan Api diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana
transportasi, telekomunikasi dan akomodasi yang memadai.
Tidak
hanya itu di kayangan api juga ada “pohon cinta”. Pohon cinta merupakan dua
pohon besar yang bergabung jadi satu membentuk semacam gerbang. Konon ini
adalah gerbang ke kayangan. Wah Ajaib sekali kan? Katanya sih, pasangan yang
melewati "gerbang" Pohon Cinta ini, akan langgeng alias cinta
pasangan akan abadi. Disekitar Pohon Cinta ini, juga disediakan tempat duduk
yang sudah dibangun. Jadi kita bisa berfoto ria disana dengan pemandangan
pohon-pohon yang sangat asri.
Selain
terdapat sumber api abadi dan pohon cinta, disekitar lokasi juga terdapat
semburan air bercampur lumpur yang mengandung belerang. Sumber mata air ini
kelihatan panas jika dilihat tapi dingin jika disentuh, sehingga yang biasa
disebut masyarakat sebagai air blukuthuk, karena menyerupai air mendidih. Dan konon,
“air blukuthuk” di percaya masyarakat sekitar maupun pengunjung dapat
menyembuhkan segala penyakit seperti sakit gigi dan gatal – gatal, dan dianggap
dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang datang memintanya.
Anugerah
Dwi Fitriani
Usaha Jasa
Pariwisata 2015
Tetap Eksis Walaupun Media Nya Sudah Hampir Ditinggalkan #KATAUNJ12
Badan
Penyelenggara Radio Siaran ERA FM UNJ
adalah sebuah radio komunitas yang berada di bawah naungan Univesitas Negri
Jakarta. Berbasis radio kampus. Dapat dilihat dari namanya saja EraFM yang berasal dari educational radio, berarti radio pendidikan. Keseharian mereka
menyiarkan sebuah meda informasi, komunikasi, dan pendidikan yang objektif,
mendidik, menghibur, dan ikut serta mencerdaskan masyarakat UNJ. Nah, di situ juga kita bisa dapet informasi
tentang event-event musik dan acara acara anak muda lain nya.
Walau media radio ini sudah jarang yang menggunakan
dan hampir di tinggalkan itu tidak melunturkan semangat para Crew EraFM untuk melakukan kegiatan
siaran . Radio komunitas ini juga sangat gencar melakukan pendekatan terhadap
Edufriend sebutan pendengar mereka melalu media sosial.
Siapa
bilang radio itu akan mati? Buktinya masih banyak yang kehilangan radio ketika
radio dimatiin sama Presiden RI kemarin tuh. So, #RadioGueGaMati juga menjadi
bagian dari Era FM yang bisa dibanggakan karena masih banyak yang menantikan
Era FM terus mengudara pada frekuensinya. Tetap eksis di tengah pesaing-pesaing
visual yang semakin menunjukan taringnya, radio akan terus menjadi pilihan no.1
di hati masyarakat Indonesia.
Dian Atilla Saputra
Fio 2015
Senin, 01 Januari 2018
Namun, Apakah Kita Siap? #KATAUNJ11
72
Tahun sudah Indonesia merdeka. Namun, apakah kita merasakan apa arti
‘kemerdekaan’ itu?. Sejarah mencatat Indonesia melepaskan kekangan dari
penjajahan dengan memerdekakan diri sendiri saat itu. Namun kini, apakah kita
masih merasakan kemandirian dari perjuangan tak kenal belah kasih itu?. 89
tahun yang lalu para pendahulu kita bersumpah bahwa Bangsa Indonesia satu.
Namun sekarang, apakah kita masih terasa ‘satu’?
Sungguh
miris ketika kita menengok kebelakang melihat perjuangan para pahlawan Bangsa
yang berkorban apapun demi Bangsa, namun apakah kita sadar saat ini kita malah
berkorban demi apapun meskipun Bangsa yang dikorbankan. Terlalu ironis ketika
tanah yang diperjuangkan secara bersama-sama untuk kemaslahatan Bangsa, namun
kini tanah yang diperjuangkan ternyata ‘masih’ bukan milik kita. Menyedihkan
memang ketika semangat yang dahulu digunakan sebagai bahan bakar pemersatu
Bangsa, namun sekarang semangat itu digunakan untuk memecah belah Bangsa.
Apakah
kita masih bisa tertawa ketika kita menyadari bahwa saat ini setiap tawa kita
menzalimi setiap tetes darah pendahulu kita?. Masih bisa ternyenyak meski sadar
sudah mendustakan sumpah para pendiri Bangsa?. Menyia-nyiakan setiap nyawa yang
dikorbankan demi hari ini?. Apakah masih mau berusaha menutup mata meski
realita pedih ada didepan kita?. Menutup telinga meski jeritan kenyataan
menggelora disekitar kita?. Menutup hidung meski bau-bau kebusukan penoda
kesatuan Bangsa hadir didepan batang hidung kita?. Apakah kita mau tetap diam
saja dengan kondisi seperti itu? Apakah kita sudah tidak punya hati untuk
tergerak? Apakah hati juga kita ‘gadaikan’ seperti Bangsa saat ini?
Ada
dua pilihan saat ini. Hanya diam dan menerima ‘seperti’ orang bodoh atau
memilih melawan karena tahu kita bodoh. Atau malah menjadi orang bodoh dengan
menambah satu pilihan lain yaitu masa bodoh saja pura pura jadi orang bodoh.
Namun, apakah kita siap untuk itu? Memilih antara diam, melawan atau menetapkan
diri menjadi simbol kebodohan itu.
Selalu ada pilihan-pilihan lainnya, selalu ada alasan dan alibi yang
bisa dipilih untuk menyangkalnya. Namun, apakah kita siap untuk apa yang kita
pilih?. Pilihlah, untuk dirimu? atau untuk Bangsamu?
Iqbal
Syafputra
Pendidikan
Teknik Elektro
2015
Lawan Privatisasi Pendidikan #KATAUNJ10
Permasalahan kampus yang beberapa bulan kebelakang menjadi
perbincangan Civitas Akademika UNJ bahkan sudah sampai telinga para pembuat
regulasi dinegara. Sampai Mahasiswa , dosen dan karyawan berkumpul dalam satu naungan
Aliansi FMI meneriakan yang dirasakan, satu tujuan besar yaitu perbaikan kampus
pendidikan, jika ditarik lebih jauh sebelum hiruk pikuk lapor melaporkan,
fitnah menghoax hoax-kan dan
makar-makaran. Kampus ini sudah lebih Makar terhadap semangat pendidikan,
dengan cara merubah institusi pendidikan menjadi industrisasi pendidikan lewat
peraturan BLU (Badan Layanan Umum) yang membuka pintu lebar akan
privatisasi,swastanisasi dan komersiliasi pendidikan , jadi tak usah heran jika
dikampus ini biaya kuliah mahal karena harus menyesuaikan keinginan pasar,
kampus plat merah tapi rasa swasta yang Kata-nya sudah dapat predikat
akreditasi A dari BAN-PT dan ingin merubah menjadi World Class University.
Entah BAN-PT memberi nilai A pada apa. Coba wisata lah kesini.
AC, dingin kagak panas iya, hanya menjadi hiasan dinding, perpustakaan
yang tidak dikelola secara professional,, toilet yang untuk menemukannya cukup
dengan hidung karena baunya yang ganas, itupun jumlahnya tak sebanding dengan
kelamin yang mengantri, pelataran kampus yang lebih mirip empang ketika musim
penghujan dan menjadi padang tandus berdebu ketika kemarau, parkiran malah
lebih mirip kandang domba, kalo hujan tampak lah pemandangan air terjun
Niagara. Apalagi
persoalan ibadah, musollah dan masjid harus ada kloter-kloteran mulai dari
ngantri wudlu, sampai jadi musafir pencari air, sekretariat lembaga
kemahasiswaan yang lebih tepat disebut gudang atau kantor pos, pembangunan
gedung perkuliahan dan laboratorium yang terbengkalai) tapi yang lebih luar bi(n)asa
dari itu karena banyak dari fasilitas tersebut yang dikomersilkan, termasuk
kepada warga kampusnya sendiri, Cek saja Aula-aula,ruangan, panggung prestasi
dan bahkan pelatarannya juga berbayar bahkan ada tarif yang ditetapkan
tertulis.
Jadi perlulah para kawan aktivis membahas sistem apa yang
digunakan dikampus ini, BLU, apa itu BLU? Dampaknya
apa dan seperti apa cara kerja BLU?
BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Dalam tata kelola atau aplikasinya, walau telah jelas diatur
PP 23 thn 2015 bahwa BLU tak mengutamakan keuntungan, namun praktek nya sangat
mengedepankan ke Otonoman kampus, atau masih semi-Otonom, yang mana kampus bisa
memenejemen penganggarannya. Ini yang dapat membuka jalan bagi liberalisasi
pendidikan dan praktek-praktek culas atau pun transaksional, yang nanti pasti
efek langsung nya terhadap pembebanan ekonomi pada masyarakat dengan mahal nya
perkuliahan. Berbagai
persoalan yang sering dihadapi dunia pendidikan, mulai dari tingginya biaya
kuliah, ada nya pungutan liar, KKN (Korupsi,Kolusi dan nepotisme), tidak
profesionalnya tenaga pengajar, carut marutnya tata kelola kampus dan miris nya
sarana dan prasaranan yang ada, masih banyak lagi, haruslah di catat baik-baik.
Ini semua efek dari sebuah regulasi yang dijalankan, contoh kecilnya UKT naik,
tak bisa kita tebak hanya karena kenaikan kebutuhan biaya oprasional kuliah
saja. KKN yang terjadi juga tak bisa dianggap hanya karena kurangnya moralitas
yang melakukannya, namun dikarenakan sistem BLU itu sendiri yang membuka
ruang-ruang transaksional belbagai kepentingan politik dan membuka lebar pintu
untuk mengkomersilkan aset Negara (red:PTN).
Sistem BLU mempersempit ruang Negara bertanggung jawab atas
tugasnya” mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap warga Negara wajib
mendapatkan pendidikan serta nagara wajib membiayainya”. UUD 1945 Pasal 31 (1
dan 2). Sangat miris melihat keadaan pendidikan tak jauh beda dengan barang
dagang, Kompetisi dikedepankan, Peserta didik hanya oobjek untuk diperas. PTN
yang harus nya menjadi pendidikan rakyat tapi berubah hanya untuk
golongan-golongan tertentu “milik privat”. Memperpanjang jargon Orang
Miskin Dilarang Sekolah/kuliah. Dan
ini semua terjadi semua ditengah-tengan kampus ibukota. Doa and do the best. Keep fighting for the better Indonesia!
Danu Rizky Fadilla
Pendidikan Teknik Elektro
2015