Album
Menari Dengan Bayangan merupakan album solo
perdana milik vokalis band .Feast, Baskara Putra dengan nama panggung Hindia.
Album ini dirilis pada tanggal 29 November 2019 melalui label rekaman miliknya
yaitu Sun Eater. Album debut Hindia bertajuk Menari Dengan Bayangan ini terdiri
dari 12 lagu dan 3 skit dari orang-orang terdekat Baskara. 12 lagu itu terdiri 7
lagu utama, 5 lagu yang menampilkan beberapa kolaborator, seperti Matter Mos,
Petra Sihombing, Sal Priadi, Rara Sekar, Kamga dan Natasha Udu.
Dalam album ini, kontemplasi yang dibawakan oleh Hindia mengambil problematika yang sangat dekat dengan kita
semua sebagai manusia. Namun lagu-lagu Hindia, bukanlah lagu-lagu yang mengutuk
semua itu. Ia justru tak ubahnya sebagai pil yang begitu menenangkan, sebagai
teman yang hadir di saat-saat rapuh dan bilang padamu, “aku juga, kamu gak
sendirian, kok.” Mungkin, itulah yang membuat para penggemarnya merasa
terwakilkan, tersampaikan apa yang selama ini menjadi kegelisahan mereka.
Lagu
“evakuasi” menjadi pembuka yang tepat untuk album ini. Keramaian masyarakat
urban menjadi titik yang menggelisahkan bagi Hindia. Dalam lagu Evakuasi,
Baskara ingin menyentil kebiasaan orang bermedia sosial yang cenderung
berlebihan, mereka terlalu sibuk ‘mengais validasi’ hanya untuk panjat sosial
semata, seakan-akan
mereka dipandang sebagai orang yang baik dalam kehidupanya, padahal kenyataanya
semua itu hanyalah kehidupan palsu yang dibuat oleh mereka sendiri. Lagu ini
merupakan curahan hati seorang Baskara ketika melihat betapa berlebihannya
orang bermedia sosial. Bermode kalem bernuansa indie, dengan suara yang
diberat-beratkan,
Baskara hanya ingin mencari ketenangan ditengah pusaran tersebut.
Track selanjutnya
“Jam Makan Siang”, “Dehidrasi”, “Untuk apa/ Untuk apa?”, ketiganya jika
di-medley tentu akan menjadi lagu yang cocok untuk pengiring jam makan siang,
seolah-olah berbentuk obrolan bersama teman atau rekan, yang membahas hubungan,
impian-impian yang sempat terkubur, kadang pula membahas segala kejenuhan pada
apa yang selama ini dikerjakan.
Apabila tiga track sebelumnya lebih beruansa siang
hari, track-track selanjutnya justru langsung melompat ke suasana tengah malam
hingga dini hari. “Secukupnya”, yang tampil dalam film Nanti Kita Cerita tentang
Hari Ini seakan menyadarkan kita
bahwa hal buruk pasti terjadi, pikiran negatif pasti hadir, dan semua manusia
juga mengalami hal serupa; kesedihan menimpa banyak orang, tidak ada salahnya
untuk memeluk kesedihan itu bersama-sama dan tidak larut di dalamnya. Lagu ini
menjadi yang paling pahit dalam album ini, pembawaan yang lagi-lagi terdengar
lelah, namun diiringi instrumen elektrik yang menghentak, justru menimbulkan
paradoks kesedihan yang dirayakan. Seusai menyudahi kesedihan, “Belum Tidur”
kembali menjadi galau. Baskara dan Sal Priadi saling bersaut-sautan di jam tiga
pagi, kegalauan-kegalauan yang saling bersautan itu terdengar lirih nan dalam.
Optimisme kembali
muncul pada lima lagu terakhir di album Menari Dengan Bayangan. Sebutlah “Rumah
ke Rumah” yang membahas perpindahan pasangan yang berganti ganti yang
dianalogikan sebagai ‘rumah’ sebagai sesuatu yang pasti dan wajar terjadi dan
bagaimana pun harus tetap diapresiasi.
Ada pula “Membasuh”
yang berduet dengan Rara Sekar, hadir sebagai bentuk keikhlasan tertinggi,
bahwa memberi tetap harus dilakukan meskipun sedang kekurangan. “Mata Air”
muncul sebagai sebuah pengingat bahwa hidup bukan bagaikan arena balap ataupun
jalan tol, sehingga tidak perlu ada adegan saling mendahului dalam
menjalaninya. “Evaluasi” seakan menutup album ‘Menari Dengan Bayangan’ dengan
kembali mengingatkan para pendengarnya untuk bangkit dari kesedihan yang
melanda, untuk tetap menjalani hidup terlepas dari segala hal yang pernah
terjadi, bahwa masih ada hari esok meskipun hari ini terasa pedih.
Tiga skit yang turut
menjadi bagian dari album ‘Menari Dengan Bayangan’ justru seperti penyempurna
kehangatan yang ingin dibagikan oleh Hindia. “Wejangan Mama”, “Voice Note
Anggra”, dan “Wejangan Caca” hadir dengan format voice over yang berisikan
pesan dari orang-orang terdekat Baskara. Kehadiran tiga skit ini seperti
menunjukkan bahwa ada cerita dari tiap orang; bahwa ada orang-orang yang pasti
mengambil peran dalam hidup dan membuatnya menjadi lebih berwarna, bahwa tiap
orang memiliki cara sendiri untuk mengekpresikan perasaan, kekhawatiran, serta
rasa bangga bagi orang terdekatnya.
Pada album ini, ada
beberapa pengulangan kata dengan lagu lainnya, tanda ia tidak sempurna secara
format. Namun semuanya tetap masuk dalam konteksnya masing-masing. Namun, Baskara juga termasuk musisi baru untuk urusan durasi karir kalau bicara status
musisi profesional. Jalannya masih panjang untuk mencapai kedewasaan dan
kemampuan itu. Memang semua itu butuh proses yang tidak instan.
Tidak berlebihan bila menyebut Hindia adalah angin segar
untuk musik Indonesia. Terutama karena musiknya bisa menjadi corong untuk
generasi muda di usia 20-an yang rentan stres/depresi dan sangat disukai bagi
para pendengar musik indie. Yang menariknya dalam dalam waktu 9 bulan, semenjak
singel pertamanya dirilis album ini mampu mencapai 1 juta monthly listener di layanan digital streaming spotify. Selain itu album Menari Dengan Bayangan ini
juga mencontohkan bentuk komunikasi yang menarik bagaimana penggunaan media
sosial dan Youtube yang baik bisa jadi sarana komunikasi dan menjalin engagement positif antara musisi
dan pendengarnya secara langsung dan tanpa batas.