Tampilkan postingan dengan label KATA UNJ. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KATA UNJ. Tampilkan semua postingan
Jumat, 20 November 2020
Senin, 12 November 2018
Kamis, 11 Januari 2018
Menyontek merupakan sesuatu yang
dianggap sebagai tindakan tidak terpuji serta mengkhianati karakter, terutama
kejujuran. Seperti apa yang diungkapkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Tim Pustaka Pheonix, 2009), menyontek berasal dari kata sontek yang berarti
melanggar, menocoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain
sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak.
Kebiasaan menyontek hadir dikarenakan
berbagai faktor. Ada faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam
dapat disebabkan kurangnya kesadaran atas kejujuran, ketidakupayaan untuk
berusaha lebih, serta kurangnya rasa percaya diri dan yakin terhadap hasil
kerja pribadi. Faktor dari luar yakni lingkungan yang cenderung memiliki
paradigma bahwa seseorang akan lebih dihargai ketika memliki nilai yang tinggi
ketimbang proses itu sendiri. Kegiatan mencontek pun ditempuh dengan berbagai
cara. Hetherington dan Feldman (Anderman dan Murdock, 2007) mengelompokkan
empat bentuk perilaku menyontek, yaitu: Individualistic-opportunistic dapat
diartikan sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian
atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru atau guru
keluar dari kelas. Independent- planned dapat diidentifikasi sebagai
menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban
yang telah lengkap atau telah dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu
sebelum ujian berlangsung. Socialactive yaitu perilaku menyontek dimana siswa
mengkopi, melihat atau meminta jawaban dari orang lain. Social-passive adalah
mengizinkan seseorang melihat atau mengkopi jawabannya.
Kebiasaan mencontek di kalangan pelajar
Indonesia bahkan dianggap sebagai hal yang lumrah saja. Terlebih mendekati
musim ujian sekolah ataupun Ujian Nasional. Kasus terbesar dalam pelaksanaan UN
2015 adalah bocornya naskah soal di internet. Dari hasil verifikasi kala itu,
ada 30 buklet dari 11.730 total buklet soal UN yang telah diunggah secara
ilegal. Kejadian tersebut lantas membuat Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
(Kemdikbud) bertindak, yakni dengan berkoordinasi dengan Menkominfo untuk
memblokir tautan Google yang berisi naskah soal UN itu. Koordinasi via telefon
juga dilakukan dengan Google Inc dalam upaya pemblokiran. Hal tersebut
mengakibatkan kunci jawaban diobral sana sini seolah menjadi peluang bisnis
yang menjajikan. Padahal apabila ditelaah lagi secara logis, penjual kunci
jawaban pun tidak ketahui identitas serta kapabiltasnya dalam membuat kunji
jawaban. Mirisnya, pelajar atau pembeli kunci jawaban itu sendiri tidak
memusingkan hal semacam itu, asalkan kunci jawaban didapat dan selamat.
Selain maraknya jual beli kunci
jawaban, termyata pelaku kecurangan pun datang dari pihak sekolah itu sendiri,
terutama guru. Menurut data dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI),
terdapat tujuh jenis kecurangan yang terjadi di UN tahun ini. Data kecurangan
tersebut berdasarkan laporan atas pelaksanaan UN di Lampung, Pontianak, Medan,
Jakarta, Surabaya, dan Cikampek. Laporan yang masuk diperoleh dari pengaduan masyarakat
di pos pemantauan UN. Kecurangan tersebut diantaranya yaitu ada laporan
kecurangan sistemik di Lampung. Atas perintah kepala sekolah, guru memasuki
ruangan dan membantu siswa mengerjakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Realitas yang demikian mirisnya seolah mencambuk pemikiran bahwa nilai-nilai
korupsi sudah tertanam sejak dini di kalangan masyarakat Indonesia, terutama
pelajar yang kelak menjadi penerus di masa yang akan datang. Kenyataan tersebut
kembali mencabik wajah pendidikan Indonesia yang gagal mengedepankan nilai
kejujuran dalam setiap lini kehidupan.
Dalam sebuah acara seminar di Universits
Tadulako, Ketua KPK Abraham Samad menyatakan “Menyontek saat ujian, berarti
tidak jujur, dan ini adalah cikal bakal dari kejahatan korupsi. Serta merupakan
intellectual corruption atau korupsi intelektual,” tegas Dr. Abraham Samad.
(Dikutip dari bcbrita.com). Karenanya, menyontek merupakan permasalahan yang
harus diatasi dimulai dari mencabut akar-akar ketidakjujuran itu sendiri.
Penanaman karakter kembali terutama penanaman nilai kejujuran di lingkungan
sekolah maupun sosial sangat dibutuhkan sedari dini agar pelajar memiliki
prinsip dan kesadaran akan hal tersebut. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya dan adat istiadat. Saat ini, pendidikan karakter juga berarti
melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik, dan berkelanjutan untuk
membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia
bahwa tidak aka nada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan
karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih
baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, serta tanpa rasa percaya diri.
Pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang
dapat menyetujui nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religious, atau
bias budaya. Salah satunya adalah Trustworthiness (Kejujuran) yang merupakan
pilar paling utama, yakni jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah
handal melakukan apa yang dikatakan akan dilakukan, melakukan hal yang benar,
bangun reputasi yang baik, patuh, berdiri dengan keluarga , teman, dan negara.
(Sistem Pendidikan Nasional). Thomas Lickona dalam bukui terkenalnya,
“Educating for Character” (1991) menyimpulkan, pendidikan karakter adalah usaha
sengaja untuk menolong peserta didik agar memahami, peduli akan, dan bertindak
atas dasar inti nilai-nilai etis. Dalam hal ini, guru dan orang tua memainkan
peran yang sangat vital. Guru sebagai pendidik memiliki tugas yang berat dalam
upaya mengatasi kebiasaan mencontek di kalangan pelajar. Salah satu upaya yang
bisa dilakukan oleh guru ialah memberikan motivasi pada siswa yang mencontek pada
saat ujian agar siswa dapat bersikap jujur dalam menghadapi ujian dan
menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa.
Penanaman nilai kejujuran bukan hanya
tanggung jawab pemangku pendidikan di sekolah semata. Lebih dari itu, orang tua
dan lingkungan yang merupakan stakeholder juga turut menyumbang pendididikan
karakter, dimana karakter adalah sesuatu yang melekat dan terbentuk sedari dini
mungkin. Oleh karena itu, penanaman nilai kejujuran kepada anak sedini mungkin
merupakan hal yang penting dilakukan demi mengurangi kebiasaan menyontek di
Indonesia. Seperti halnya sebuah ungkapan bahwa “Anak-anak berjumlah hanya
sekitar 25% dari total populasi, tapi menentukan 100% dari masa depan.”
Purwo Besari
Manajemen Pendidikan 2015
"Bangsa
yang berkarakter adalah bangsa yang kelak mampu bertahan dalam berputarnya masa"
Karakter adalah pembawaan diri
sejak seseorang dilahirkan ke dunia, kaitannya dengan etika, moral, sikap,
perilaku hingga hal tersebut membuat seorang yang satu berbeda dengan seorang
yang lainnya. Karakter yang tertanam dalam diri seseorang kelak yang akan
membawa diri dalam kehidupan bermasyarakat. Kelak akan menjadi cerminan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Karenanya, karakter tak hanya bicara soal ciri
atau jati diri. Melainkan perilaku pada setiap individu. Karakter tidak serta
merta terbentuk begitu saja. Pembentukan karakter dimulai sejak seseorang
berada pada usia dini dimana tahap prepatory stage dimulai. Dimana usia anak
dibawah sepuluh tahun pun sudah dapat belajar meniru apa yang ada di sekitarnya
kendati belum memahami sesungguhnya apa yang ia tirukan. Apa yang seorang anak
peroleh sejak kecil, itulah yang akan tertanam hingga kelak ia dewasa. Tak
heran bahwa mendidik anak berkarakter sedari dini merupakan investasi besar di
masa depan.
Karakter selalu bertaut dengan apa
yang kita sebut pendidikan. Ya, karena lewat pendidikan itulah karakter
ditransformasikan. Pendidikan karakter berbicara bagaimana mendidik siswa
menjadi manusia yang berkarakter yakni manusia pancasila sesuai dengan ideologi
bangsa kita, Indonesia. Tentu ini merupakan cita -cita luhur bangsa dimana kita
menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter dan maju.
Cita-cita hanyalah asa. Bagai pungguk rindu akan rembulan. Cita-cita itu
rasanya masih enggan atau terlampau jauh untuk kita gapai. Manusia pancasila
seolah menjadi jargon semata. Buka mata dan kita bisa lihat fakta berbicara.
Karakter bangsa seolah hilang dalam diri setiap rakyat Indonesia. Indonesia
memang kaya akan manusia yang pintar atau bahkan jenius. Namun, Indonesia
miskin manusia intelek yang berkarakter. Politikus yang pandai berorasi namun
tak memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama yang kelaparan. Pemerintah yang
tanpa dosa memakan jerih payah uang rakyat demi menenggak kekuasaan. Guru yang mengaku
sarjana berkualitas seakan mengajar tanpa hati. Generasi muda yang rajin
menyontek, bolos, atau bahkan terlibat narkoba. Sungguh memilukan. Namun, beginilah
potret pendidikan karakter bangsa masa kini.
Dari hulu hingga hilir. Semua terlihat
carut marut. Pendidikan karakter dianggap sesuatu yang tak lebih penting dari
pendidikan kognitif yang hanya mementingkan kecerdasan otak tanpa menaruh
perhatian pada kecerdasan emosional. Tak ayal jika pendidikan Indonesia hanya memproduksi
manusia robot. Padahal yang perlu kita tahu adalah kecerdasan emosional berpengaruh
80% terhadap kesuksesan seseorang. Kecerdasan emosional ini berkaitan dengan
karakter dalam diri seseorang. Bagaimana ia mampu beretika dengan sopan dan
santun, jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, dan lainnya. Nilai nilai
yang ada dalam pendidikan karakter harus diintegrasikan dalam diri setiap
siswa. Tak hanya sekolah yang harus mendidik siswa. Namun, yang paling utama
adalah penerapan pendidikan karakter dalam keluarga. Dimana keluarga merupakan
lingkungan pertama sang anak memperoleh pendidikan. Para stakeholder dari unit
terkecil yakni keluarga hingga unit terbesar yakni negara harus mampu bekerja
sama dalam membangun pendidikan karakter. Semua pihak harus memiliki kesadaran
bahwa pendidikan karakter harus dimulai sedari dini, bukan hanya saat sang anak
menginjak bangku sekolah. Sehingga, ketika nilai sudah tertanam kuat, sekolah
sebagai tahap lanjutan untuk sang anak
mengembangkan diri dan mengaplikasikan karakter baik yang ada dalam diri.
Kita harus mengingat bahwa generasi
muda ialah mereka yang kelak membawa masa depan Indonesia. Dalam genggaman
merekalah Indonesia akan mampu meraih kejayaan atau justru semakin terpuruk. Di
atas pundak mereka, Indonesia mampu menjadi bangsa yang madani atau negeri yang
selalu dirundung korupsi. Ilmu tanpa budi bagai kapal tanpa nahkoda. Bagaikan
berjalan dengan mata tertutup. Takkan mengerti mana yang baik dan mana yang
buruk. Begitu pun berbudi tanpa ilmu hanya akan menjadi manusia yang dijajah
oleh masa. Akalnya akan searasa sempit.
Karenanya, kedua hal harus seimbang agar menjadi manusia cerdas nan
berkarakter. Negara yang maju berasal dari masyarakatnya yang berkarakter dan
cerdas. Masyarakat demikian berasal dari individu-individu yang berkualitas. Cerminan
diri adalah cerminan bangsa. Miniatur tiap keluarga merupakan refleksi miniatur
negara. Mulai pada diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Tak ada kata
terlambat untuk berbenah. Sekarang, untuk Indonesia yang lebih baik!
Tita
Desyara
Pendidikan
Bahasa Inggris 2015
Selamat
tahun baru, Edufriend! Gak kerasa yah sudah 365 halaman terisi cerita-cerita keseharian
yang sudah kita lalui. Hayoo Edufriend lagi bernostalgia apa aja yang udah
terjadi di tahun 2017 ini ya? Mulai dari cerita-cerita bahagia, sedih, susah,
senang, tawa, ria mulai membayangi pikiran. Tapi, pernah terpikir gak sih apa
aja yang sudah kita lakukan selama satu tahun? Mimpi dan harapan apa yang sudah
diraih?
Nah,
momen tahun baru ini bukan cuma perayaan nya aja meriah tapi merupakan waktu
yang paling tepat loh untuk memberikan evaluasi diri selama satu tahun yang
terjadi. Memang pentingnya apa ya? Melalui evaluasi diri ini, Edufriend bisa
tau hal apa aja yang udah dilakuin dan apa aja yang masih harus dicapai di
tahun berikutnya. Jadi, setiap tahunnya selalu ada tantangan yang harus
dilakukan, biar hidupnya gak gitu gitu aja ya kan? Hehe. Selain itu, evaluasi
ini penting untuk membuat resolusi untuk tahun kedepannya, karena ketika
Edufriend menentukan resolusi di tahun baru ini, secara gak langsung, Edufriend
memotivasi diri sendiri untuk bisa mencapainya.
Trus
gimana ya cara menentukan resolusi? Sebenernya hal paling utama yaitu
menententukan prioritas. Misalnya, apa sih hal utama yang mau Edufriend raih di
tahun ini, bisa travelling bareng
temen ke tempat wisata atau mungkin lulus kuliah, itu tergantung keinginan dan
kebutuhan utama Edufriend. Selama prioritas sudah ditentukan, tinggal bagaimana
cara Edufriend untuk menggapai mimpi tersebut. Resolusi ini juga membantu
Edufriend untuk belajar bertanggungjawab terhadap apa yang sudah direncanakan.
Jadi, apa nih resolusi Edufriend di tahun ini?
Neneng Halimatusadiah
Pendidikan Bahasa Inggris 2015
Ketika
kita mendengar keajaiban, kita pasti berpikir sesuatu yang magic, langka, luar
biasa, dan lain sebagainya. Adakah di dunia ini keajaiban? Dunia ini penuh
dengan keajaiban ya keajaiban dari yang Maha Kuasa, jika di hubungkan dengan
pariwisata dan pariwisata tidak lepas dari destinasi wisata. Adakah keajaiban
dunia yang dijadikan destinasi wisata? Wah, pastinya ada, yang kita kenal
sebagian besar keajaiban dunia seperti Menara Eifel di Paris, Tembok Besar di
China, Taj Mahal di India, Candi Borobudur di Yogyakarta, Indonesia.
Indonesia?
Jika berbicara tentang Indonesia, Indonesia sangatlah beragam dari mulai bahasa
daerah, suku, seni, dan budaya tersebar dari Sabang sampai Merauke, begitu juga
dengan destinasi wisatanya, banyak sekali yang terkenal diantaranya Bali,
Lombok, Manado, Papua, Aceh, dan lain sebagainya. Indonesia memiliki keajaiban
dunia yang sudah di kenal di dunia ya namanya juga keajaiban dunia yaitu Candi
Borobudur, tapi sebenarnya banyak sekali kalau mau di Eksplore salah satunya
adalah Api Abadi ? Wah dimana itu ? Neraka ? Seram sekali, amit-amit ya. Api
Abadi yang satu ini beda dari yang lainnya api abadi ini berada di Kayangan
Api. Kayangan api adalah destinasi wisata yang terletak di sendangharjo,
ngasem, dander, bojonegoro, Jawa Timur. Kayangan api adalah salah satu
keajaiban dunia yang belum tereksplore, kayangan api memiliki sumber api abadi yang
tak kunjung padam yang terletak di kawasan hutan lindung. Api ini tidak pernah
padam walaupun turun hujan sekalipun. Biaya untuk memasuki khayangan api hanya
Rp. 7500 dan Rp.1.000 untuk asuransi jiwa. Sungguh terjangkau ya harga tiket
masuknya apalagi juga terdapat asuransi jiwanya.
Kayangan Api adalah tempat
bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan
sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber
api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat
itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian
dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. Sumber Api, oleh
masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api
tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah
dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana
X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan
dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari
yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika
gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani
oleh siapapun.
Dan
pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum'at Pahing banyak orang
berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya
lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat
pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih
desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Pengembangan
wisata alam Kayangan Api diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana
transportasi, telekomunikasi dan akomodasi yang memadai.
Tidak
hanya itu di kayangan api juga ada “pohon cinta”. Pohon cinta merupakan dua
pohon besar yang bergabung jadi satu membentuk semacam gerbang. Konon ini
adalah gerbang ke kayangan. Wah Ajaib sekali kan? Katanya sih, pasangan yang
melewati "gerbang" Pohon Cinta ini, akan langgeng alias cinta
pasangan akan abadi. Disekitar Pohon Cinta ini, juga disediakan tempat duduk
yang sudah dibangun. Jadi kita bisa berfoto ria disana dengan pemandangan
pohon-pohon yang sangat asri.
Selain
terdapat sumber api abadi dan pohon cinta, disekitar lokasi juga terdapat
semburan air bercampur lumpur yang mengandung belerang. Sumber mata air ini
kelihatan panas jika dilihat tapi dingin jika disentuh, sehingga yang biasa
disebut masyarakat sebagai air blukuthuk, karena menyerupai air mendidih. Dan konon,
“air blukuthuk” di percaya masyarakat sekitar maupun pengunjung dapat
menyembuhkan segala penyakit seperti sakit gigi dan gatal – gatal, dan dianggap
dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang datang memintanya.
Anugerah
Dwi Fitriani
Usaha Jasa
Pariwisata 2015
Badan
Penyelenggara Radio Siaran ERA FM UNJ
adalah sebuah radio komunitas yang berada di bawah naungan Univesitas Negri
Jakarta. Berbasis radio kampus. Dapat dilihat dari namanya saja EraFM yang berasal dari educational radio, berarti radio pendidikan. Keseharian mereka
menyiarkan sebuah meda informasi, komunikasi, dan pendidikan yang objektif,
mendidik, menghibur, dan ikut serta mencerdaskan masyarakat UNJ. Nah, di situ juga kita bisa dapet informasi
tentang event-event musik dan acara acara anak muda lain nya.
Walau media radio ini sudah jarang yang menggunakan
dan hampir di tinggalkan itu tidak melunturkan semangat para Crew EraFM untuk melakukan kegiatan
siaran . Radio komunitas ini juga sangat gencar melakukan pendekatan terhadap
Edufriend sebutan pendengar mereka melalu media sosial.
Siapa
bilang radio itu akan mati? Buktinya masih banyak yang kehilangan radio ketika
radio dimatiin sama Presiden RI kemarin tuh. So, #RadioGueGaMati juga menjadi
bagian dari Era FM yang bisa dibanggakan karena masih banyak yang menantikan
Era FM terus mengudara pada frekuensinya. Tetap eksis di tengah pesaing-pesaing
visual yang semakin menunjukan taringnya, radio akan terus menjadi pilihan no.1
di hati masyarakat Indonesia.
Dian Atilla Saputra
Fio 2015
Senin, 01 Januari 2018
72
Tahun sudah Indonesia merdeka. Namun, apakah kita merasakan apa arti
‘kemerdekaan’ itu?. Sejarah mencatat Indonesia melepaskan kekangan dari
penjajahan dengan memerdekakan diri sendiri saat itu. Namun kini, apakah kita
masih merasakan kemandirian dari perjuangan tak kenal belah kasih itu?. 89
tahun yang lalu para pendahulu kita bersumpah bahwa Bangsa Indonesia satu.
Namun sekarang, apakah kita masih terasa ‘satu’?
Sungguh
miris ketika kita menengok kebelakang melihat perjuangan para pahlawan Bangsa
yang berkorban apapun demi Bangsa, namun apakah kita sadar saat ini kita malah
berkorban demi apapun meskipun Bangsa yang dikorbankan. Terlalu ironis ketika
tanah yang diperjuangkan secara bersama-sama untuk kemaslahatan Bangsa, namun
kini tanah yang diperjuangkan ternyata ‘masih’ bukan milik kita. Menyedihkan
memang ketika semangat yang dahulu digunakan sebagai bahan bakar pemersatu
Bangsa, namun sekarang semangat itu digunakan untuk memecah belah Bangsa.
Apakah
kita masih bisa tertawa ketika kita menyadari bahwa saat ini setiap tawa kita
menzalimi setiap tetes darah pendahulu kita?. Masih bisa ternyenyak meski sadar
sudah mendustakan sumpah para pendiri Bangsa?. Menyia-nyiakan setiap nyawa yang
dikorbankan demi hari ini?. Apakah masih mau berusaha menutup mata meski
realita pedih ada didepan kita?. Menutup telinga meski jeritan kenyataan
menggelora disekitar kita?. Menutup hidung meski bau-bau kebusukan penoda
kesatuan Bangsa hadir didepan batang hidung kita?. Apakah kita mau tetap diam
saja dengan kondisi seperti itu? Apakah kita sudah tidak punya hati untuk
tergerak? Apakah hati juga kita ‘gadaikan’ seperti Bangsa saat ini?
Ada
dua pilihan saat ini. Hanya diam dan menerima ‘seperti’ orang bodoh atau
memilih melawan karena tahu kita bodoh. Atau malah menjadi orang bodoh dengan
menambah satu pilihan lain yaitu masa bodoh saja pura pura jadi orang bodoh.
Namun, apakah kita siap untuk itu? Memilih antara diam, melawan atau menetapkan
diri menjadi simbol kebodohan itu.
Selalu ada pilihan-pilihan lainnya, selalu ada alasan dan alibi yang
bisa dipilih untuk menyangkalnya. Namun, apakah kita siap untuk apa yang kita
pilih?. Pilihlah, untuk dirimu? atau untuk Bangsamu?
Iqbal
Syafputra
Pendidikan
Teknik Elektro
2015
Jumat, 08 September 2017
17 Agustus 2017, telah genap 72 tahun
usia negeri ini. Selain itu, tepat di tanggal 17 Agustus 2017, Universitas
Negeri Jakarta telah menyambut 6 ribu mahasiswa baru dari berbagai macam
fakultas dan prodi yang berbaur menjadi satu dalam Rangkaian Briefing Masa
Pengenalan Akademik (MPA) yang dilaksanakan pada hari Kamis tersebut.
Mahasiswa – mahasiswi yang membawa
‘semangat baru’ karena berhasil melewati persaingan ketat bersama ratusan ribu
pendaftar PTN dan berhasil lolos menjadi salah satu mahasiswa resmi perguruan
tinggi negeri yaitu Universitas Negeri Jakarta. Tentunya para mahasiswa baru
ini menyebarkan aura positif dari kebahagiannya yang telah menjadi bagian dari
Civitas Akademika UNJ.
Jadi mahasiswa baru atau lebih seringnya
disebut ‘maba’ ini memang kerap menimbulkan rasa penasaran bagi diri mereka
sendiri. Penasaran bagaimana sih dunia perkuliahan itu. Belum lagi para maba
yang memang mengidam-idamkan menjadi seorang ‘mahasiswa’. Padahal kata
‘mahasiswa’ tentunya berbeda dengan siswa. kata ‘maha’ di depannya membuat
makna dari mahasiswa itu sendiri bukanlah hal yang biasa.
Namun
perkaranya kini, memasuki dunia perkuliahan bukanlah hal yang sulit maupun
mudah. Mahasiswa baru perlu menyesuaikan diri dengan time management yang pastinya berbeda dengan di SMA. Perlu juga
memahami perbedaan sistem perkuliahan dengan sekolah. Memilah
organisasi-organisasi kampus, entah itu opmawa maupun ormawa. Banyak pula
perubahan – perubahan yang harus disesuaikan dengan pribadi masing-masing.
Pada akhirnya, semua kembali ke diri
masing-masing. Bagaimana self –
management dan buatlah target yang ingin dicapai sebagai acuan menghadapi
dunia kampus ini.
Fikri Khoerani
Kamis, 31 Agustus 2017
Ketika kita lulus dari Sekolah Menengah Atas atau Sekolah
Menengah Kejuruan dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, kita selalu berpikir kemana
kaki kita akan melangkah, kemana kita akan melaju. Mungkin sebagian akan
memilih untuk bekerja dan ada yang memilih untuk kuliah, ya kuliah, apa itu
kuliah? apakah sama dengan sekolah? dahulu sebagai anak yang baru lulus sekolah
dan memilih untuk berkuliah pasti akan bimbang dan bingung jurusan apa yang
akan diambil, terkadang ketika sudah masuk kuliah ada yang mengambil jurusan
tidak sesuai dengan keinginan hati, ada yang mengikuti kemauan orang tua, ada
juga yang mengikuti teman. Di dunia
kampus ini,
banyak sekali orang yang salah jurusan, entah karena orangnya ataupun karena jurusan yang
diambil? Ya mungkin itu hanya diri sendirilah yang bisa menjawabnya.
Apa yang harus di lakukan ketika kita akan masuk kuliah?
Alangkah lebih baiknya kita memikirkan secara matang jurusan yang akan kita
ambil, apalagi kita terjebak di jurusan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Berusahalah untuk
mecintai jurusan yang kita ambil apa adanya, dan jalanilah dan motivasilah diri
sendiri untuk terus maju dan menjalaninya, karena ketika kita benar-benar
berusaha pasti akan baik hasilnya. Lalu, bagaimakah dunia kampus sebenarnya?
Dunia kampus sangatlah luas, disini kita bertemu banyak teman dari berbagai
jurusan yang berbeda, latar belakang berbeda, suku , budaya yang berbeda pula,
di dunia kampuslah kita harus bisa bersikap toleransi, menerima dan bisa
memahami setiap kebudayaan agar kita bisa bergaul dan berteman dengan siapa
saja. Kita juga akan banyak menemui mahasiswa yang beranekaragam dari yang julukannya kupu-kupu (kuliah
pulang), kura-kura (kuliah rapat), kunang-kunang (kuliah nangkring) ya
begitulah julukan bagi mahasiswa di kampus. Sebenarnya itu tergantung dari diri
kita sendiri bagaimana cara kita untuk meng-exsplore
diri kita sendiri, karena disitulah kita beranjak dewasa untuk menggapai cita-cita
yang akan kita gapai.
Lalu, bagaimana cara meng-exsplore
diri kita di dunia kampus? Banyak sekali cara untuk meng-exsplore
diri kita di dunia kampus yaitu dengan kita kuliah prinsip 3S (santai, serius,
sukses). Kuliah tidak harus
serius-serius dan jangan terlalu santai yang penting kita fokus terhadap apa
yang akan kita capai, kita juga bisa mengikuti organisasi di dalam atau bahkan
di luar kampus sesuai apa yang kita inginkan, bergaul dengan siapa saja tetapi
kita juga harus tau akan batasannya. Mulai dengan hal-hal yang kecil untuk meng-exsplore
diri kita, karen dari suatu hal yang kecil akan berubah menjadi suatu hal besar
nantinya. Ya itulah sepenggal kata tentang ‘Dunia
Kampus’.
Kenalilah diri kita, berusahalah untuk menjadi yang terbaik walaupun kita belum
bisa memberikan yang terbaik setidaknya kita sudah mampu mencoba dan berusaha.
Anugerah
Dwi Fitriani
Usaha Jasa Pariwisata 2015
Satu hal yang
bikin kuliah asyik dibanding sekolah adalah kebebasan. Kebebasan untuk ikut apa
aja (tanpa harus jadi pengurus OSIS dulu) dan juga karena banyak dari mahasiswa
tinggal di kost, mobilitas diri makin leluasa dan memungkinkan kita untuk
jalan - jalan tanpa harus menunggu izin orang tua. Nah, karena kuliah itu juga salah
satu cara mempersiapkan masa depan maka coba manfaatkan kegiatan kamu agar
punya manfaat yang maksimal untuk pengembangan dirimu.
Ikuti tujuan
kuliah kamu, jangan pernah bilang “Belum tahu nih jadi apa nanti abis
wisuda.” Karena akan susah ngembangin
diri kamu kalau tujuan kamu aja kamu ga tahu, oh ya ga semua skill harus kamu kuasai! Kamu ga perlu
(atau tepatnya ga mungkin) jadi orang yg sempurna dan bisa semua hal dari
ngedit foto dan poster sampai ngebantu penelitian dosen sembari jadi ketua
acara mahasiswa dan merangkap ketua himpunan mahasiswa dengan titel anggota
BEM. Yang penting adalah kamu punya skill
yang sesuai di dunia kerja nanti. Plis banget jangan ngasal juga karena senior
pun ga akan suka sama mahasiswa baru yang kebanyakan acara, ini karena kamu
jadi nggak fokus sama kerjaan kamu, terlalu banyak kepanitiaan di awal juga
bisa bikin kesempatan yang datang ke kamu berkurang karena kamu dianggap
terlalu sibuk untuk terima kerjaan baru yang mungkin lebih bergengsi hehe.
Btw, kalau kamu
mau punya posisi yang bagus, jadilah orang yang gampang diajak bekerja
sama dan asyik, cantik/ganteng itu plus poin tapi kebanyakan senior
kalau memilih bawahan selain dari kecakapan juga dari kecakepan dan keasikan
anaknya hehe.
Atika Azmi
Purnama
Tata Boga
2014
Sabtu, 01 Juli 2017
Kalimat tersebut sering kali kita baca dimedia sosial
atau sering juga kita tanyakan pada diri kita sendiri. Sebagian besar orang
sering kali bertanya-tanya apa yang sedang ia pikirkan, namun sebagian orang
juga merasa kesulitan menggungkapkannnya baik secara verbal maupun nonverbal.
Padahal banyak cara yang bisa kita lakukan untuk
menggungkapkan apa yang kita pikirkan, salah satunya adalah menulis. Jika
kebanyakan orang sulit untuk menggungkapkan ide, kritik ataupun saran kepada
seseorang atau kepada lembaga tertentu secara verbal (bicara) yang mungkin
disebabkan karena satu dan lain hal, maka cara terbaik adalah menuliskannya
(non verbal).
Di UNJ juga telah ada FIDE atau forum ide kita,
menurut saya FIDE merupakan forum yang bagus untuk mahasiswa UNJ agar dapat
menggungkapkan ide, kritik atau saran dengan menulis, namun sepertinya FIDE
kurang diminati mahasiswa, entah karena broadcast yang tidak tersampaikan
dengan baik, atau memang dari mahasiswa itu sendiri yang kurang berminat.
Hal ini perlu dibenahi, kita perlu merubah pola pikir
kita bahwa menulis bukanlah sesuatu yang sulit, hal ini bisa dimulai dengan
menuliskan apa yang kita rasakan dan kita pikirkan di buku diary, menuliskan
apa yang kita inginkan dikemudian hari, menceritakan semua isi hati, atau bisa
juga membuat cerita tentang berbagai hal yang kita impikan.
Lambat laun kita akan terbiasa menulis, belajar
menulis yang baik, belajar menggungkapkan ide, kritik atau saran lewat menulis,
dan juga belajar menuliskan opini tentang suatu hal dimasyarakat.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia
tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis
adalah bekerja untuk keabadian” kata Pramoedya Anata Toer.
Rosita
PGPAUD 2015
Minggu, 21 Mei 2017
Menjadi
mahasiswa yang berprestasi tentunya menjadi dambaan bagi semua mahasiswa di
Indonesia bahkan di seluruh dunia ya? Selain kita dapat mengharumkan nama
universitas dan membanggakan nama orangtua, kita juga dapat membuat rekam jejak
hidup kita lebih menarik di mata orang lain maupun kelak di perusahaan tempat
kita akan bekerja, sehingga dapat memotivasi orang lain juga. Menjadi mahasiswa
berprestasi merupakan suatu penganugrahan tertinggi bagi seorang mahasiswa,
untuk itu pastilah akan membuat mahasiswa bersemangat untuk meraih prestasi
karena butuh tekad dan perjuangan yang besar untuk meraihnya.
Di
Universitas Negeri Jakarta pun banyak sekali mahasiswa yang berprestasi dari
berbagai bidang. Univeristas Negeri Jakarta
pun telah memfasilitasi dengan berbagai program bagi mahasiswa yang memiliki
prestasi dibidang akademik maupun non akademik.
Tidak
sedikit mahasiswa yang ingin berprestasi karena kagum oleh deretan sosok-sosok
yang menjadi pembicara diacara seminar atau kegiatan pelatihan yang didakan
oleh fakulutas di Universitas Negeri Jakarta. Namun, ada juga yang mengagumi
orang-orang sukses lainnya. Didalam hati kecil mereka mungkin berkata “Wah
kapan ya bisa kaya gitu?” atau “Saya harus menjadi seperti dia tahun depan”.
Dari sinilah awal tekad mahasiswa ingin berprestasi di kampusnya.
Memang,
menjadi mahsiswa berprestasi tidaklah semudah membalikan telapak tangan, tapi
justru itulah letak tantangannya yang membuatnya terus semangat. Karena itu,
posisi menjadi pemenang diantara yang lain adalah suatu kebanggaan bagi diri
sendiri tentunya.
Buat
kamu-kamu yang bertanya, gimana sih caranya menjadi mahasiswa berprestasi, dan
apa sih enaknya menjadi mahasiswa berprestasi? Yuk kita lihat jawaban dari
mahasiswa-mahasiswa berprestasi di Universitas Negeri Jakarta.
Ahmad
Gabriel – Fakultas Ilmu Pendidikan 2014
(Finalis Mahasiswa Berprestasi Universitas Negeri
Jakarta 2017)
“Dengan
Ingat tujuan utama kuliah, jadikan akademik sebagai prioritas, manajemen waktu
yang baik, lawan prokrastinasi dan berdoa sambil meminta restu orangtua
sehingga sekarang saya bisa menjadi mentor dan motivasi orang terdekat, saya
jadi tau bahwa selalu ada langit diatas langit dan kebahagiaan buat tersendiri
dan membanggakan orangtua”
Ivan Rizky
Pratama – Fakultas Bahasa dan Seni 2015
(Duta UNJ 2017, Finalist Next Young Promising Designer
2017 & Peserta Jakarta fashion and Food Festival)
“Jangan
pernah diam, lakukan sesuatu sesuai apa yang kita suka, jadikan prestasi orang
lain sebagai motivasi, jangan terlalu lama betah di zona nyaman, lakukan hal
baru dengan begitu kita akan punya penghargaan, bisa tau kemampuan kita sejauh
apa dan jadi punya bekal dimasa depan”
Ummasa –
Fakultas Ekonomi 2014
( Finalis Mahasiswa Berprestasi Universitas Negeri
Jakarta 2017)
“Ketika
kalian sudah memasukan “Menjadi Mahasiswa Berprestasi” menjadi Dream List kalian,
maka kalian harus mulai mencoba langkah demi langkah memulainya seperti
mengikut berbagai macam lomba. Sehingga impian kalian bisa tercapai dan
mencoret salah satu Dream List dan membanggakan Orangtua.”
Marin Dwi Pamungkas
Pendidikan Tata Niaga 2014
Maraknya berita dan informasi tidak
jelas atau yang sering kita kenal berita hoax, membuat kita berpikir bahwa
sebagai masyarakat harus lebih cerdas dalam menyaring kembali berita dan segala
informasi yang muncul. Terlebih, di
dunia maya kini sedang dilanda berita dan informasi yang berisi fitnah, hoax,
dan hujatan yang hampir tidak ada habisnya.
Menurut kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, pada akhir 2016 terdapat 800 situs yang diduga menjadi penyebar
hoax, berita palsu dan ujaran kebencian. Berita tersebut tersebar bagaikan
virus melalui berbagai media, Facebook, grup-grup Whatsapp dan media lainnya. Jempol
tangan tanpa henti mengamini setiap berita yang datang tanpa verifikasi dan
kemudian membantu menyebarkannya. Kenyataannya, hal tersebut dapat merusak
citra seseorang bahkan merusak suatu persahabatan dan persaudaraan yang ada di
lingkungan kita.
Aksi menebar kabar hoax adalah suatu
keburukan, bukan mendapat pahala malah mendapat dosa. Artinya seseorang yang
menebarkan kabar hoax, sengaja menanamkan keburukan dalam dirinya dan orang
lain hanya untuk meningkatkan popularitas tanpa adanya kreativitas di dalam
akal dan pikirannya. Hal itulah yang membuat seseorang tidak memiliki rasa
empati kepada sesama. Dunia maya sejatinya digunakan untuk hal-hal yang
positif, tempat informasi, tempat semua orang berkreativitas menuangkan isi
pikiran yang biasanya tak nampak di dunia nyata.
Kita sebagai masyarakat khususnya
pemuda-pemudi harus menjadi generasi yang memiliki jiwa empati, kreatif, dan
inovatif bukan menjadi generasi pembohong yang memberikan keresahan bagi
masyarakat.
Di zaman digital seperti ini,
persaingan semakin sengit, kita sebagai masyarakat perlu meningkatkan kualitas
diri, menjaga sikap, menjaga kata-kata di medsos agar tak melukai sesama.
Jangan cepat merasa puas jika kita pernah menebar kebaikan, manfaatkan jejaring
sosial untuk bersinergi meningkatkan kreativitas dan produktivitas yang
positif. Teruslah menebar informasi yang bermanfaat, jangan menyerah hanya
karena hujatan dan cacian. Sesungguhnya setan pun tidak pernah menyerah dalam
menggoda iman dan hati manusia hingga hari kiamat.
Muhammad Farhan
Matematika 2015
Sabtu, 29 April 2017
Bagi kamu mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, pasti kamu
udah gak asing lagi dengan mahasiswa
- mahasiswa
yang suka berjualan di sekitaran Universitas Negeri Jakarta. Beberapa dari
mereka ada yang berjualan karena praktek dari mata kuliahnya, untuk dana usaha
kegiatan di organisasi atau bahkan ada yang untuk pribadi. Sering kita jumpai
di daerah Plaza UNJ, Terbuk UNJ, BAAK dan pendopo-pendopo dikala waktu pagi,
siang dan sore hari.
Sebagai mahasiswa, pasti banyak banget pengeluarannya, dari pas kerjain
tugas, ngumpul bareng temen sejurusan, atau ngumpul di temen-temen organisasi
atau ya kaya itu tadi, beli jajanan di UNJ. Bisa dibilang, pemasukan mencekik,
pengeluaran membengkak. Bisa tambah
bikin stress yah. Nah, guys, udah saat nya kita bangun dari keterpurukan saat
ini.
Dilihat dari hal-hal kecil kaya tadi, sepertinya memang
menjadi pengusaha itu sebenarnya mudah ya, asal memanfaatkan peluang yang ada.
Universitas juga sudah menyediakan fasilitas - fasilitas untuk
menampung kreatifitas mahasiswa UNJ untuk menjadi pengusaha kecil. Universitas
Negeri Jakarta pun memiliki program (Program Mahasiswa Wirausaha) PMW dan UNJ
Corner sebagai tempat untuk menyalurkan kreatifitas mahasiswa yang ingin
berwirausaha dan mempunyai ide dalam berwirausaha.
Di UNJ sendiri sudah
banyak tempat-tempat usaha yang dibuka sebagai tempat praktik dalam
pembelajaran dalam berwirausaha. Mendasar pada misi UNJ, beberapa fakultas menyediakan sarana dan prasaran yang bisa
menghasilkan keuntungan untuk mahasiswa pribadi. Misalnya beberapa fakultas adalah
Fakultas Ekonomi, terdapat “Econodot” dan “Economart” yang dijadikan tempat
magang mahasiswa, Di Fakultas Teknik ada Pendidikan Tata Boga dengan “Terrace
Cafe” dan “Beranda Resto and Pastry”, Pendidikan Tata Rias yang memiliki “Taris
Salon”, Pendidikan Tata Busana yang memiliki Butik, dan ada juga Jurusan Seni
Rupa yang memiliki tempat usaha “Laboratory”.
Sebagai Mahasiwa Universitas Negeri Jakarta, kita harusnya
bangga memiliki teman-teman sekampus yang punya kreatifitas tinggi dan jiwa
pengusaha. Alumni-alumni UNJ juga sudah banyak yang menjadi wirausaha muda dan
menekuni duniannya tersebut. Jika tidak dari fakultas, organisasi pun juga bisa
menyalurkan ide kreatif usaha kamu, misalnya Organisasi Eka Citra yang menjual
beragam keperluan mendaki.
` Nah
buat kamu, yuk kita manfaatkan peluang yang ada, jangan sampai kita tenggelam
di era yang semakin maju ini.
Vanya
Suksma R
FE 2014