Kamis, 24 Juni 2021

REVIEW ALBUM MENARI DENGAN BAYANGAN

 REVIEW ALBUM MENARI DENGAN BAYANGAN


Oleh: Revdian Ibnu Ismail


 

Album Menari Dengan Bayangan merupakan album solo perdana milik vokalis band .Feast, Baskara Putra dengan nama panggung Hindia. Album ini dirilis pada tanggal 29 November 2019 melalui label rekaman miliknya yaitu Sun Eater. Album debut Hindia bertajuk Menari Dengan Bayangan ini terdiri dari 12 lagu dan 3 skit dari orang-orang terdekat Baskara. 12 lagu itu terdiri 7 lagu utama, 5 lagu yang menampilkan beberapa kolaborator, seperti Matter Mos, Petra Sihombing, Sal Priadi, Rara Sekar, Kamga dan Natasha Udu.


Dalam album ini, kontemplasi yang dibawakan oleh Hindia mengambil problematika yang sangat dekat dengan kita semua sebagai manusia. Namun lagu-lagu Hindia, bukanlah lagu-lagu yang mengutuk semua itu. Ia justru tak ubahnya sebagai pil yang begitu menenangkan, sebagai teman yang hadir di saat-saat rapuh dan bilang padamu, “aku juga, kamu gak sendirian, kok.” Mungkin, itulah yang membuat para penggemarnya merasa terwakilkan, tersampaikan apa yang selama ini menjadi kegelisahan mereka.


Lagu “evakuasi” menjadi pembuka yang tepat untuk album ini. Keramaian masyarakat urban menjadi titik yang menggelisahkan bagi Hindia. Dalam lagu Evakuasi, Baskara ingin menyentil kebiasaan orang bermedia sosial yang cenderung berlebihan, mereka terlalu sibuk ‘mengais validasi’ hanya untuk panjat sosial semata, seakan-akan mereka dipandang sebagai orang yang baik dalam kehidupanya, padahal kenyataanya semua itu hanyalah kehidupan palsu yang dibuat oleh mereka sendiri. Lagu ini merupakan curahan hati seorang Baskara ketika melihat betapa berlebihannya orang bermedia sosial. Bermode kalem bernuansa indie, dengan suara yang diberat-beratkan, Baskara hanya ingin mencari ketenangan ditengah pusaran tersebut.


Track selanjutnya “Jam Makan Siang”, “Dehidrasi”, “Untuk apa/ Untuk apa?”, ketiganya jika di-medley tentu akan menjadi lagu yang cocok untuk pengiring jam makan siang, seolah-olah berbentuk obrolan bersama teman atau rekan, yang membahas hubungan, impian-impian yang sempat terkubur, kadang pula membahas segala kejenuhan pada apa yang selama ini dikerjakan.

Apabila tiga track sebelumnya lebih beruansa siang hari, track-track selanjutnya justru langsung melompat ke suasana tengah malam hingga dini hari. “Secukupnya”, yang tampil dalam film Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini seakan menyadarkan kita bahwa hal buruk pasti terjadi, pikiran negatif pasti hadir, dan semua manusia juga mengalami hal serupa; kesedihan menimpa banyak orang, tidak ada salahnya untuk memeluk kesedihan itu bersama-sama dan tidak larut di dalamnya. Lagu ini menjadi yang paling pahit dalam album ini, pembawaan yang lagi-lagi terdengar lelah, namun diiringi instrumen elektrik yang menghentak, justru menimbulkan paradoks kesedihan yang dirayakan. Seusai menyudahi kesedihan, “Belum Tidur” kembali menjadi galau. Baskara dan Sal Priadi saling bersaut-sautan di jam tiga pagi, kegalauan-kegalauan yang saling bersautan itu terdengar lirih nan dalam.

 

Optimisme kembali muncul pada lima lagu terakhir di album Menari Dengan Bayangan. Sebutlah “Rumah ke Rumah” yang membahas perpindahan pasangan yang berganti ganti yang dianalogikan sebagai ‘rumah’ sebagai sesuatu yang pasti dan wajar terjadi dan bagaimana pun harus tetap diapresiasi.

Ada pula “Membasuh” yang berduet dengan Rara Sekar, hadir sebagai bentuk keikhlasan tertinggi, bahwa memberi tetap harus dilakukan meskipun sedang kekurangan. “Mata Air” muncul sebagai sebuah pengingat bahwa hidup bukan bagaikan arena balap ataupun jalan tol, sehingga tidak perlu ada adegan saling mendahului dalam menjalaninya. “Evaluasi” seakan menutup album ‘Menari Dengan Bayangan’ dengan kembali mengingatkan para pendengarnya untuk bangkit dari kesedihan yang melanda, untuk tetap menjalani hidup terlepas dari segala hal yang pernah terjadi, bahwa masih ada hari esok meskipun hari ini terasa pedih.

Tiga skit yang turut menjadi bagian dari album ‘Menari Dengan Bayangan’ justru seperti penyempurna kehangatan yang ingin dibagikan oleh Hindia. “Wejangan Mama”, “Voice Note Anggra”, dan “Wejangan Caca” hadir dengan format voice over yang berisikan pesan dari orang-orang terdekat Baskara. Kehadiran tiga skit ini seperti menunjukkan bahwa ada cerita dari tiap orang; bahwa ada orang-orang yang pasti mengambil peran dalam hidup dan membuatnya menjadi lebih berwarna, bahwa tiap orang memiliki cara sendiri untuk mengekpresikan perasaan, kekhawatiran, serta rasa bangga bagi orang terdekatnya.

Pada album ini, ada beberapa pengulangan kata dengan lagu lainnya, tanda ia tidak sempurna secara format. Namun semuanya tetap masuk dalam konteksnya masing-masing. Namun, Baskara juga termasuk musisi baru untuk urusan durasi karir kalau bicara status musisi profesional. Jalannya masih panjang untuk mencapai kedewasaan dan kemampuan itu. Memang semua itu butuh proses yang tidak instan.

Tidak berlebihan bila menyebut Hindia adalah angin segar untuk musik Indonesia. Terutama karena musiknya bisa menjadi corong untuk generasi muda di usia 20-an yang rentan stres/depresi dan sangat disukai bagi para pendengar musik indie. Yang menariknya dalam dalam waktu 9 bulan, semenjak singel pertamanya dirilis album ini mampu mencapai 1 juta monthly listener di layanan digital streaming spotify. Selain itu album Menari Dengan Bayangan ini juga mencontohkan bentuk komunikasi yang menarik bagaimana penggunaan media sosial dan Youtube yang baik bisa jadi sarana komunikasi dan menjalin engagement positif antara musisi dan pendengarnya secara langsung dan tanpa batas.



0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Badan Penyelenggara Radio Siaran Educational Radio

Address:

Universitas Negeri JakartaGedung G Lantai 1 Ruang 101

Work Time:

Monday - Friday from 8am to 8pm

Phone:

0899-2107-7878