Teater ZAT menggelar
pementasan teater berjudul RASHOMON di Gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya
Jakarta Timur, 27 September 2018. Pementasan ini digelar dibawah penyeleksian
tim Festival Teater Jakarta 2018 Kota Administrasi Jakarta Timur, yang apabila
beruntung nantinya akan melaju ke tahap
yang lebih tinggi lagi. Disutradarai oleh Septio Erostian, mengangkat sebuah
gabungan cerpen karangan Ryunosuke Akutagawa penulis asal negeri sakura yang
sudah diadaptasi oleh Djohan A. Nasution menjadi naskah drama.
Bercerita tentang seorang
samurai yang oleh seorang penebang kayu ditemukan tewas di dalam semak-semak.
Sebelum tewas samurai tersebut terlihat bersama istrinya berjalan menuju
Yamashina oleh seorang Pendeta. Penebang kayu dan Pendeta dipertemukan disebuah
gerbang bernama RASHOMON yang terkenal sebagai sarang penjahat. Mereka mencoba mengungkap siapa pembunuh dari
samurai itu. Hingga berakhirnya sandiwara, kebenaran atas teka-teki itu masih
menjadi misteri karena alur cerita dibawakan oleh sudut pandang berbeda dari tiga tokoh yang kemungkinan adalah sang
pembunuh yaitu Takehiko (samurai itu sendiri), Masage (isteri samurai), dan
Tajomaru (seorang penjahat).
Menurut Rezza Budhi Prasetyo sebagai pimpinan
grup, diangkatnya cerita ini dalam pertunjukkan mempunyai maksud menyadarkan
khalayak terutama pengguna media sosial atau biasa kita sebut netizen untuk
tidak saling menyalahkan terhadap adanya suatu permasalahan. “Kita ingin menyadarkan bahwa perspektif
kebenaran itu banyak, tergantung kita percaya sumber yang mana” tambahnya.
Dimainkan oleh 10 orang
pelakon, pementasan ini memerlukan waktu persiapan 4 bulan. Didalam kurun waktu
persiapan tersebut, salah satu aktor utama jatuh sakit sehingga tim harus
melakukan casting tambahan untuk
mencari pengganti aktor tersebut. Walaupun sempat mengalami kendala, para aktor
dan crew lainnya dapat menggelar
pementasan yang memuaskan para penontonnya. Seperti tanggapan Agung Purnama,
salah satu penonton pementasan teater RASHOMON, “Secara keseluruhan, teater
yang ditampilkan bagus, pemeran-pemerannya
dapat memainkan karakter masing-masing tokoh dengan sangat baik. Kita juga bisa
mengambil pesan moral dari teater itu. Tatanan panggung yang bagus juga menjadi
alasan penonton untuk mengapresasi pementasan ini”.
Putri Muthya
0 komentar:
Posting Komentar