Maraknya berita dan informasi tidak
jelas atau yang sering kita kenal berita hoax, membuat kita berpikir bahwa
sebagai masyarakat harus lebih cerdas dalam menyaring kembali berita dan segala
informasi yang muncul. Terlebih, di
dunia maya kini sedang dilanda berita dan informasi yang berisi fitnah, hoax,
dan hujatan yang hampir tidak ada habisnya.
Menurut kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, pada akhir 2016 terdapat 800 situs yang diduga menjadi penyebar
hoax, berita palsu dan ujaran kebencian. Berita tersebut tersebar bagaikan
virus melalui berbagai media, Facebook, grup-grup Whatsapp dan media lainnya. Jempol
tangan tanpa henti mengamini setiap berita yang datang tanpa verifikasi dan
kemudian membantu menyebarkannya. Kenyataannya, hal tersebut dapat merusak
citra seseorang bahkan merusak suatu persahabatan dan persaudaraan yang ada di
lingkungan kita.
Aksi menebar kabar hoax adalah suatu
keburukan, bukan mendapat pahala malah mendapat dosa. Artinya seseorang yang
menebarkan kabar hoax, sengaja menanamkan keburukan dalam dirinya dan orang
lain hanya untuk meningkatkan popularitas tanpa adanya kreativitas di dalam
akal dan pikirannya. Hal itulah yang membuat seseorang tidak memiliki rasa
empati kepada sesama. Dunia maya sejatinya digunakan untuk hal-hal yang
positif, tempat informasi, tempat semua orang berkreativitas menuangkan isi
pikiran yang biasanya tak nampak di dunia nyata.
Kita sebagai masyarakat khususnya
pemuda-pemudi harus menjadi generasi yang memiliki jiwa empati, kreatif, dan
inovatif bukan menjadi generasi pembohong yang memberikan keresahan bagi
masyarakat.
Di zaman digital seperti ini,
persaingan semakin sengit, kita sebagai masyarakat perlu meningkatkan kualitas
diri, menjaga sikap, menjaga kata-kata di medsos agar tak melukai sesama.
Jangan cepat merasa puas jika kita pernah menebar kebaikan, manfaatkan jejaring
sosial untuk bersinergi meningkatkan kreativitas dan produktivitas yang
positif. Teruslah menebar informasi yang bermanfaat, jangan menyerah hanya
karena hujatan dan cacian. Sesungguhnya setan pun tidak pernah menyerah dalam
menggoda iman dan hati manusia hingga hari kiamat.
Muhammad Farhan
Matematika 2015
0 komentar:
Posting Komentar