INews TV bekerja sama
dengan UNJ menyelenggarakan seminar bertajuk "Literasi Media - Edukasi
Tontonan Televisi yang Baik" di Aula Perpustakaan UNJ pada tanggal 16 Juni
2015, Rawamangun. Seminar yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam ini
menghadirkan 3 narasumber sekaligus dalam satu panggung. Bapak Wijaya
Kusuma selaku direktur legal, corsec & network INews TV diundang sebagai
narasumber pertama yang memaparkan sejarah berdirinya INews TV dan pentingnya
literasi media untuk mengontrol sajian media baik cetak maupun elektronik.
Beliau juga memaparkan 5S yang dianggap sebagai racunnya televisi yakni Sara,
Saru/Sex, Sadis, Sihir/Supranatural, dan Sedih/Susah.
Selain racun, beliau
juga memberikan penawarnya yakni kiat-kiat dalam menonton televisi antara lain
jangan mudah percaya, pandai memilah manfaat dr suatu tayangan, dan kritis thd
tanyangan yang dirasa kurang baik. Narasumber kedua adalah Pangeran Ahmad
Nurdin yang menjabat sebagai Redaktur Rubrik Opini dan Poros Mahasiswa di
Harian Seputar Indonesia. Materi yang beliau sampaikan adalah seputar kerja
media massa cetak, hierarki surat kabar salah satunya. Idealnya hierarki sebuah
surat kabar terdiri dari pemimpin redaksi (pimred), wakil pimred, redaktur
pelaksana, koordinator kompartemen, redaktur rubrik dan reporter.
Alur masuknya berita
dimulai dari reporter kemudian terus mengalami penyaringan hingga redaktur
pelaksana. Berita yang sudah disetujui redaktur pelaksana kemudian diedit oleh
editor bahasa dan diberikan layout, sebelum akhirnya masuk ke pimred dan naik
cetak.
Pun sama dengan televisi sebagai media elektronik yang melewati beberapa kali proses sensor sebelum akhirnya ditayangkan. Ditengah padatnya aktivitas penduduk Indonesia dan seiring dengan perubahan rutinitas, koran sindo hadir dengan konsep view paper yang menyajikan informasi dalam bentuk infografis sehingga mudah dipahami tanpa harus membaca banyak narasi. Koran sindo juga dikemas dengan bahasa yang ringan dan topik berita yang dimuat berdasarkan musyawarah panjang tim redaksi berasas kebutuhan masyarakat.
Pun sama dengan televisi sebagai media elektronik yang melewati beberapa kali proses sensor sebelum akhirnya ditayangkan. Ditengah padatnya aktivitas penduduk Indonesia dan seiring dengan perubahan rutinitas, koran sindo hadir dengan konsep view paper yang menyajikan informasi dalam bentuk infografis sehingga mudah dipahami tanpa harus membaca banyak narasi. Koran sindo juga dikemas dengan bahasa yang ringan dan topik berita yang dimuat berdasarkan musyawarah panjang tim redaksi berasas kebutuhan masyarakat.
Seperti disampaikan oleh
narasumber ketiga yakni Ryan Tama, penyiar dan news anchor bahwa Inews sebagai TV berita berkomitmen untuk terus
menginspirasi dan informatif serta kredibel dalam menyajikan berita. Inews juga
akan tetap konsisten menayangkan tontonan yang baik. Pesan beliau adalah jangan
jadikan televisi sebagai "candu" kehidupan. Jangan sampai waktu tersita
hanya untuk menonton televisi. Jadilah penonton yang kritis dan berani melaporkan tanyangan yang tak layak
menjadi konsumsi publik ke pihak yang berwenang yakni Komisi Penyiaran
Indonesia.
Nurul Liska Rahayu
0 komentar:
Posting Komentar