Pementasan
teater sangat kurang diminati oleh masyarakat indonesia, dengan alasan harga
tiket yang mahal dan pementasan yang rata-rata malam dilaksanakannya.
Masyarakat malah lebih menarik minat pada film yang diputar di bioskop dan
tidak bisa dipungkiri memang harga tiket film di bioskop terkesan lebih murah
dibanding dengan harga tiket pada pementasan teater dan kita bisa melihat
efek-efek dari kecanggihan teknologi yang ada pada film di bioskop, namun yang
tidak masyarakat sadari ialah pementasan teater jauh lebih bagus dan layak
ditonton dibandingkan dengan film di bioskop, mengapa?
Kita
akan membahas dulu apa itu drama atau sandiwara dan asal usulnya. Drama atau
sandiwara ialah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan
mempergunakan laku jasmani dan ucapan kata-kata. Di zaman sekarang, sandiwara
memakai dekor dan lain sebagainya, namun semua itu hanya unsur tambahan. Dengan
laku dan ucapan kata-kata saja, sandiwara masih bisa dijelmakan. Sandiwara
sendiri ternyata sudah ada sejak manusia masih primitif, sebelum mereka
berburu, orang primitif biasanya berkumpul mengelilingi api unggun dan membuat
tarian-tarian yang menirukan binatang buruan mereka. Seperti kijang, banteng
dan lainnya. Sedangkan orang yang lain menirukan gerakan seperti orang yang
sedang berburu. Orang yang berada di sekeliling tempat itu ternyata gembira
melihat hal itu, dan lama-lama muncul pikiran untung mengiringi gerakan tadi
dengan bunyi-bunyian yang berirama, sehingga gerakan mereka mendekati tarian.
Kemudian timbul pemikiran lagi untuk mengenakan kulit binatang dan kepala di
pemeran binatang. Lengkap dengan tanduk, cula, dan cakar-cakarnya. Dengan
begitu, lahirlah tata pakaian yang pertama dalam sandiwara.
Dalam peperangan antar suku juga
menggunakan sandiwara seperti di atas. Bedanya, pemerannya memerankan musuh dan
yang lain menjadi roh untuk membasmi musuh itu. Dalam hal ini, orang yang
berperan menjadi roh menggunakan topeng untung menggambarkan dia adalah roh
yang datang ke dunia. Dengan demikian lahirlah unsur topeng di dalam sandiwara.
Orang
primitif menganggap sandiwara berburu atau berperang tidak semata-mata hiburan
belaka, melainkan sebagai upacara gaib yang mendatangkan kekuatan gaib pada
sukunya. Terutama setelah dukun atau pawang mereka ikut campur untuk memberi
"jalan cerita" yang lebih panjang dan berliku pada sandiwara merek.
Bahkan mereka menambahkan rangkaian kata yang harus diucapkan oleh para pemain
itu. Sehingga kemudian lahirlah unsur cerita dan dialog dalam sandiwara.
Nah
dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa pada zaman dahulu sudah terdapat
pementasan teater atau drama, dan bahkan dulu pementasan itu bukan dianggap
sebagai hiburan semata dan hal itu pun sama pada zaman sekarang, pementasan
teater bukan hanya menghibur saja namun syarat makna pula. Tetapi mengapa
masyarakat masih lebih tertarik pada film bioskop? Jawabannya mungkin
kecanggihan teknologi yang belum ada dalam pementasan teater namun ada dalam
pemutaran film. Dan mengapa pementasan teater lebih mahal dibandingkan dengan
pemutaran film di bioskop? Karena teater itu mahal dengan proses. Dalam teater,
kita bisa berproses paling sedikit 5 bulan untuk tampil mementaskan sebuah
pementasan drama, dan dalam sebuah pementasan teater harus menyewa gedung
pertunjukan pula, belum lagi artistik yang sedemikian rupa. Dalam hal artistik,
teater koma memang sangat handal mengolah artistik, bahkan dalam panggung
teater koma selalu memasukkan properti yang luar biasa maka dari itu harga
tiket untuk menonton pertunjukkan teater koma dibilang mahal. Belum lagi musik
dan alat musik yang dipergunakan. Pementasan teater tidak bisa dipisahkan
dengan alunan musik untuk mempertegas suasana atau memainkan lagu pembuka dan
lain sebagainya. Jadi, harga mungkin hanya untuk apresiasi saja bagi masyarakat
untuk menghargai jerih payah para pegiat teater, terlebih lagi dalam sebuah
pementasan teater jika aktor salah dalam adegan atau pun salah berdialog kita
akan tetap melanjutkan dengan membuat improvisasi karena dalam pementasan
tetaer tidak ada unsur cut seperti
pada pemutaran film. Menurut saya, melihat pementasan teater akan lebih membuka
dan meluaskan pandangan masyarakan sekitar tentang apa yang selama ini mereka
lupakan. Lalu untuk pemutaran film sendiri, kadang ketika kita membaca sebuah
novel dan itu diangkat ke layar lebar, sering kita kecewa karena banyak hal
yang di dalam novel itu tidak di muat dalam film tersebut mungkin masalah
durasi tapi menonton film akan mengurangi imajinasi kita dibandingkan membaca
novel. Mungkin akan lebih baik jika masyarakat mengubah pandangan mereka
tentang pementasan teater dan memiliki minat untuk melihat pementasan teater.
Despian
Nur Hidayat
0 komentar:
Posting Komentar