Tsuyoshi Ashida menceritakan gambar wayang dalam seminar di acara Jiyuu Matsuri |
Masih
dalam rangkaian acara Jiyuu Matsuri 2013, HIMA Jepang mengadakan seminar
“Langkah Menuju Kota yang Bersih Seperti Jepang”. Pembicara dalam seminar
tersebut adalah Tsuyoshi Ashida, beliau merupakan warga asli Jepang yang
dipindahtugaskan ke Jakarta sekitar 4 tahun yang lalu, dan sekarang menetap di
Jakarta.
Sejak
awal kedatangannya di Jakarta, ia sangat prihatin dengan keadaaan lingkungan di
Jakarta yang menurutnya begitu kotor. Sampah-sampah yang banyak berserakan di
pusat kota Jakarta, seperti Gelora Bung Karno dan Monas membuat hatinya
tergerak untuk membuat sebuah kunitas peduli lingkungan Jakarta yang bernama
‘Jakarta Osouji Club’.
Foto bersama Tsuyoshi Ashida dan komunitas Jakarta Osouji Club |
Jakarta
Osouji Club ini merupakan suatu kunitas yang tidak terikat. Awalnya, anggota
dalam kunitas ini hanya orang-orang Jepang yang tinggal di Jakarta, khususnya
keluarga ataupun kerabat dekat Mr. Ashida. Motto dari kunitas ini adalah ‘Malu
Buang Sampah Sembarangan’. Sesuai dengan mottonya itu, peran mereka dalam
kunitas ini adalah mengambil sampah-sampah yang berserakan di sekitar GBK
ataupun Monas. Karena aksi mereka ini, banyak masyarakat Jakarta yang hatinya
ikut tergerak juga dalam memelihara Jakarta. Awalnya kegiatan ini diadakan
seminggu sekali, namun dengan pertimbangan tertentu Mr.Ashida merubah jadwal
sangat ni menjadi dua minggu sekali setiap hari
minggu di GBK atau Monas. Anggota dalam kunitas ini tidak memandang usia
maupun kewarganegaraan.
Dalam
pembicaraan bersama Mr. Yakata (anggota JOC), ia berandai jika ada bagian dari
tubuhnya yang kotor,dan ia tidak segera membersihkannya, maka itu akan
menimbulkan suatu penyakit di tubuhnya. Begitupula dengan sampah yang
berserakan di tanah, layaknya tubuh yang kotor, itu akan menimbulkan suatu
penyakit. Bedanya, jika itu adalah tubuh, akibatnya hanya untuk kita, sedangkan
sampah itu akan berakibat untuk masyarakat sekitar.
Jadi,
tunggu apa lagi! Warga asing saja mau membersihkan Jakarta, masa kita tidak?
Indah Juniasari
0 komentar:
Posting Komentar