HARI PENYIARAN NASIONAL : Sejarah dan Peringatan Harsiarnas ke-88
Syifa Khalila
Sejak dulu, radio menjadi bagian penting dari keseharian
masyarakat. Jika ditelusuri melalui sejarah, kabar kemerdekaan Indonesia juga
diberitakan melalui radio. Di zaman modern seperti sekarang, radio berperan
sebagai media informasi sekaligus menemani di kala sepi. Sebagai lembaga
kepenyiaran, pasti radio memiliki penyiar, dan penyiar memiliki hari spesial
untuk memperingatinya.
Indonesia memulai sejarah kepenyiarannya sejak 1 April 1933,
dengan berdirinya Solosche Radio Vereeniging (SRV), di Kota Solo,
Provinsi Jawa Tengah. Anggota paguyuban seni dan wartawan Surakarta menghadiri
acara berdirinya SRV ini, dan kala itu tidak mampu membeli pemancar baru sebab
kekurangan dana. Untungnya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegaran
VII memiliki ketertarikan terhadap radio dan bersedia untuk membantu membeli
pemancar baru. Hal itulah yang mendasari adanya peringatan Hari Penyiaran
Nasional setiap tanggal 1 April, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 9
tahun 2019.
SRV awalnya melakukan siaran dari Pendopo Kepatihan
Mangkunegaran, belum melalui studio siaran sendiri. Lalu pada 15 September
1935, pembangunan studio SRV mulai dibangun setelah SRV mengikuti kompetisi
desain gedung studio dan dimuat di koran De Indische Courant pada 18
Agustus 1935. Seiring berjalannya waktu, SRV memperluas cabangnya di kota-kota
di Pulau Jawa. Dalam perkembangannya, SRV menyiarkan kebudayaan dan musik Jawa.
Studio SRV Solo lalu dijadikan stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) setelah
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Peringatan Harsiarnas ke-88 diselenggarakan oleh Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) dan berlokasi di Solo (puncak peringatan) dan Batam
(pembuka peringatan), dengan tema “Penyiaran sebagai Pendorong Kebangkitan
Ekonomi Pasca Pandemi”. Kota Solo dipilih sebagai tempat puncak peringatan
selaku kota tempat berdirinya Solosche Radio Vereeniging sebagai lembaga
penyiaran radio pertama dari pribumi. Sementara itu, Kota Batam dipilih sebagai
tempat pembuka peringatan karena menurut ketua panitia pelaksana Harsiarnas
2021, Hardly Stefano Pariela, Batam merupakan wilayah perbatasan dan dapat
menjadi benteng dari luberan informasi melalui siaran asing. Tema Harsiarnas
ke-88 ditetapkan demikian atas dasar adanya optimisme terhadap berakhirnya
pandemi Covid-19 dan lembaga penyiaran yang menjadi salah satu lembaga yang
dapat berkontribusi terhadap program pemerintah melalui pemberitaan dan iklan
layanan masyarakat, dan pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Harsiarnas tahun ini dibuka di Kota Batam dengan Gerakan
Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP). Rangkaian acara lalu dilanjutkan dengan Napak
Tilas Sejarah Penyiaran Nasional, Seminar Nasional, Sekolah P3 & SPS (Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran), Bakti Sosial, dan Webinar 5 jam
Nonstop. Pelaksanaan peringatan Harsiarnas tetap menerapkan protokol kesehatan
Covid-19.
SUMBER
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/solosche-radio-vereeniging/
https://tirto.id/hari-penyiaran-nasional-1-april-2021-dan-tema-peringatan-tahun-ini-gbCF
0 komentar:
Posting Komentar