Minggu, 17 Juni 2018

Seminar Lintas Agama





Sabtu, 9 Juni 2018, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Gedung G, Universitas Negeri Jakarta yaitu KMHB (Keluarga Mahasiswa Hindu Buddha) UNJ mengadakan seminar yang sangat tidak biasa yaitu Seminar Lintas Agama. Bertempat di Gedung Ki Hajar Dewantara, Lantai 9, Universitas Negeri Jakarta. Seminar ini dibuka untuk mahasiswa UNJ dan umum, baik yang termasuk generasi Y dan Z maupun orang tua. Tak ayal, dengan tema yang diusung yaitu Pandangan Agama tentang Media Sosial yang Mempengaruhi Kebiasaan Generasi Millenial membuat seminar ini mempunyai daya tariknya sendiri. Hal ini terbukti dari antusiasme peserta yang mendaftar secara online maupun offline.

Beberapa peserta yang ditemui menaruh ekspetasi tinggi mengingat baru pertama kali mengikuti seminar yang menghadirkan pembicara dari kelima agama yang ada di Indonesia. Sementara beberapa peserta lain mangaku penasaran dengan kemasan Seminar Lintas Agama, apakah di dalamnya akan terjadi pro atau kontra pada setiap pandangan agama atau malah sebaliknya akan menjadi sebuah diskusi yang menarik.

Seminar dibuka dengan sambutan dari berbagai pihak, penampilan tari dari UKM UNJ, dan dimoderatori oleh Adica Wirawan, S.S. selaku Pekerja Millenials dan Alumni KMHB. Seminar dikemas dengan mempersilahkan setiap pembicara memaparkan tema sesuai dengan pandangan agama yang dianut. Dimulai dari pandangan agama Konghucu, Kristen, Buddha, Hindu, dan yang terakhir pandangan dari agama Islam. Setiap pembicara diberikan waktu selama 20 menit. Dari setiap pemaparan, selalu ditekankan oleh pembicara bahwa memang untuk ajaran universal semua agama itu sama. Namun, dalam memandang suatu kasus setiap agama mempunyai nilai-nilai ajaran yang dipegang sendiri.

Dari pandangan agama Konghucu dipaparkan oleh Drs. Uung Sendana, SH selaku Ketua Umum MATAKIN. Menurut Pak Uung, media sosial adalah suatu niscaya dari hukum perubahan. Tiada yang tetap pada hukum perubahan. Media sosial oke, tetapi harus dibatasi dengan sikap tengah dan harmonis.

Dari pandangan agama Kristen dipaparkan oleh Pdt. Manuel E. Ralntung, S.SI, MM. selaku Ketua Umum PGI DKI Jakarta. Menurut Pak Pendeta Manuel, aktualisasi diri menjadi suatu kebutuhan karena keinginan tersebut menjadikan kita eksis dan narsis. Namun, yang tidak baik apabila aktualisasi yang kebablasan, karena menjadikan kita berpusat pada diri sendiri bukan Tuhan. Jika kita ingin meng-upload foto ke Medsos, pilihlah foto yang memperlihatkan kemuliaan hidup dan keindahan bersama dengan Tuhan.

Dari pandangan agama Buddha dipaparkan oleh Drs. Suherman Widjaja, MBus. Acc. Fin selaku Direktur BVDI Universitas Prasetiya Mulya dan President AMA Indonesia, Jakarta. Menurut Pak Suherman, kita mesti menyadari dan memahami yang tinggal di dunia ini bukan hanya kita saja, tetapi banyak yang lain. Setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda dalam memandang suatu fenomena, salah satu bahasannya tentang Media Sosial. Dari nilai-nilai yang ada di ajaran Buddha, kita bisa ambil satu nilai untuk melihat persoalan tentang Media Sosial yaitu Panna (wisdom) atau kebijaksanaan. Nilai kebijaksanaan bisa muncul jika kita update berbagai pengetahuan. Pengetahuan selain ada sisi positif, ada sisi negatifnya juga. Karena segala sesuatu tidak kekal, maka perubahan dan perbedaan ambil sisi positifnya tanpa terganggu pada pengaruh sisi negatif.

Dari pandangan agama Hindu dipaparkan oleh I Wayan Kantun Mandara, S.Ag., M.Fil.H selaku Ketua PHDI Jakarta Pusat. Menurut Pak Wayan, di dalam agama Hindu mengenai agama dan Media Sosial berjalan dengan sejajar. Maka dari itu, kita belajar mengelola pikiran bijaksana untuk media sosial itu sendiri. Ajaran cinta kasih dan toleransi itu diterapkan agar tercipta kedamaian di dunia serba teknologi ini.

Lalu yang terakhir, pemaparan dari pandangan agama Islam oleh Dr. Mulawarman Hannase, LC., MA.Hum selaku Sekretaris NU Jakarta, menurutnya kita ini sedang memasuki peklik netizen dimana ada sisi positif dan negatif. Media Sosial seharusnya menjadi media penyebar informasi. Di dalam Islam, penyebaran di Media Sosial ada 3 informasi yang baik yaitu menyebar dengan penuh hikmah, memberikan nasehat, dan mengajak dialog yang baik. Untuk beretika di Media Sosial, sedekat atau sekenal apapun kita dengan orang lain, tetap gunakanlah bahasa yang layak.

Selepas diadakannya acara Seminar Lintas Agama ini, panitia pelaksana mempunyai harapan kepada peserta yang datang ke acara ini untuk selalu menggunakan media sosial dengan bijak, bertanggungjawab dan tidak melupakan ajaran-ajaran agama. Jadi, saat ingin men-share sesuatu yang bersifat hoax harus berpikir dengan panjang, diingat juga aturan-aturan agama, karena menyebarkan berita hoax tidaklah sesuai dengan ajaran di agama manapun.

Vidya Siti Wulandari


0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Badan Penyelenggara Radio Siaran Educational Radio

Address:

Universitas Negeri JakartaGedung G Lantai 1 Ruang 101

Work Time:

Monday - Friday from 8am to 8pm

Phone:

0899-2107-7878