Mendengar Laut Bercerita dalam Luka Yang Tak Akan Pernah Tersembuhkan
(Ulasan Singkat Laut Bercerita karya Leila S. Chudori)
Oleh: Syara Az Zahra
sumber gambar: goodreads.com
Hai Edufriend, pernah gak sih kepikiran gimana mencekamnya masa-masa Indonesia di zaman dimana semua mulut mahasiswa selalu dibungkam? Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori berhasil mendobrak masuk ke dalam akal pengetahuan yang terbatas tentang kejadian di balik tahun-tahun kelam pada masa dimana Laut, Sunu, Kinan, dan kawan-kawannya tanpa henti menggaungkan keadilan di Indonesia. Kamu akan dipaksa memahami masa sulit para aktivis yang pada saat itu terus menerus disapa malaikat penjemput nyawa sampai mereka sendiri lupa apakah mereka masih hidup pada alam yang sama dengan orang-orang yang mereka kasihi atau tidak.
Biru Laut yang selalu optimistik memang memberinya kesan karismatik, tapi Asmara Jati, Si Realistis — yang pada tahun-tahun setelah abangnya menghilang itu harus hidup di jagat baru yang diciptakan Ayah dan Ibunya — benar-benar mengagumkan. Leila S. Chudori berhasil menghidupkan tokoh-tokoh dalam bukunya ini, sehingga ketika kamu membaca, kamu juga akan merasakan perasaan yang dirasakan para tokohnya.
Masa mencekam dimana diktator masih memeluk erat Indonesia, digambarkan dengan sempurna oleh Leila S. Chudori. Bahkan bagi seorang milenial yang tidak pernah melihat langsung kejadian di tahun-tahun mengerikan itu, kumpulan adegan dalam Laut Bercerita dapat dengan jelas diciptakan pada alam pikir pembaca.
Novel ini terdiri dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Laut dan Asmara. Penceritaan baik dari sudut pandang Laut maupun Asmara terasa begitu jelas dan memiliki cirinya masing-masing. Alur ceritanya juga tidak terkesan bertele-tele walaupun penulis memilih membuat alurnya maju-mundur dengan latar waktu yang cukup beragam.
Penggunaan bahasa dalam buku ini juga tidak terlalu melankolis walaupun beberapa kali dapat ditemukan tipe penulisan yang seperti itu, hal ini seolah menegaskan bahwa buku ini hanya fokus memaparkan realita, bukan ingin menyuguhkan cerita fiksi romantis yang biasa ada.
Ketika membaca buku ini, apalagi begitu akhir hampir menjemput, kamu akan disadari bahwa sebesar apapun kamu menginginkan akhir cerita ini dihiasi setidaknya sedikit saja kebahagiaan, Laut Bercerita bukanlah tempat untuk mewujudkan khayalan itu, sebab apa yang tertuang di dalam buku ini terlalu realistis sampai terkadang kebingungan tentang genre cerita apa yang sedang dihidangkan ini.
Hal terakhir yang akan membuat kagum pada buku ini adalah bagaimana Laut Bercerita benar-benar mampu memainkan perasaan pembacanya. Kamu akan diberitahu dengan jelas dimana Biru Laut, Sunu Dyantoro, Kasih Kinanti, dan teman-teman lainnya kini berada dan seperti apa nasibnya sekarang, tapi kamu juga harus menyaksikan para keluarga maupun orang terdekatnya menjalani hidup di tengah-tengah ketidakpastian yang begitu membelenggu tentang bagaimana nasib mereka yang dipaksa hilang dan tak pernah kembali.
0 komentar:
Posting Komentar