Tanpa
harus menunggu menjadi orang kaya, kita bisa loh saling berbagi. Berbagi tidak
harus dengan uang, bisa dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Yang penting
kita ikhlas berbagi dengan apa yang kita punya. Salah satu bentuk berbagi lewat
pendidikan melalui YAFI (Youth’s Act For Indonesia). YAFI adalah komunitas yang
bergerak di dunia pendidikan Indonesia yang dibentuk pada 20 November 2011 di
Jakarta sebagai wadah untuk menyalurkan dan mengembangkan potensi diri pemuda. Foundernya
adalah Juwariyah, mahasiswa Universitas Bakrie. Co-Foundernya banyak, ada Widya
dari PNJ, Rachmat dari STAN, Rabia dari UI, Ayu dari UNJ.
YAFI
bukan mengajar tetapi beraksi dan menginspirasi. Ada tiga sekolah tempat
teman-teman YAFI memberikan materi. Di Pancoran MI I’anatul Falah, Tambora SD
Islam Tambora, dan Petamburan SD Nurani Insani. Sejak kegiatan “Kami Berbakti 2
dan 3” teman-teman YAFI membawakan tema yang berbeda, tidak lagi mengenai
pelajaran sekolah. Ada materi tentang cinta Indonesia, mari menabung, mari
gosok gigi, cinta lingkungan. Sekarang sedang berjalan materi anti korupsi,
anti narkoba, dan kesehatan reproduksi. Sekolah-sekolah yang didatangi adalah
sekolah swasta yang notabene dari keluarga dengan latar belakang ekonomi
rendah. Untuk biaya fotokopi dan lain-lain, YAFI mempunyai donator dari
perusahaan yang menyumbang atau orang-orang terdekat anggota YAFI yang mau
menyumbang.
Mereka
yang tergabung di YAFI adalah kakak-kakak volunteer,
artinya mereka melakukan kegiatan itu ikhlas demi perubahan yang lebih baik
untuk adik-adik. Salah satunya adalah Tetta Suryawati mahasiswa FBS UNJ yang
tergerak untuk melakukan perubahan soial. “Setelah ikut YAFI, perasaannya
senang banget. Tanpa harus menunggu menjadi orang kaya, konglomerat, gue bisa
berbagi yang gue bisa dan gue punya untuk orang lain. Momen jadi manusia
seutuhnya.” Kata Tetta Suryawati.
Pengalaman
menarik selama mengajar di sekolah adalah pertanyaan-pertanyaan dari adik-adik
di sekolah yang suka diluar dugaan. Terkadang pertanyaannya seperti, “Kakak
udah punya pacar belom?”, “Kakak mau nikah tanggal berapa?” Dan itulah yang
membuat kakak-kakak pengajar tertawa dan bingung harus menjawab apa.
Banyaknya
komunitas yang bergerak di bidang pendidikan atau sosial sangat bagus untuk
generasi muda. Sebagai generasi muda kita bisa langsung terjun ke masyarakat.
“Harus lebih banyak lagi kegiatan seperti itu. Anak muda juga jangan pasif.
Cari tahu lebih banyak untuk bisa “berbuat” lebih banyak. Jangan Cuma bisa nggak
suka sama satu hal terus komentar doang di fb, mencaci di twitter. It never changes anything.” Ujar Tetta
Suryawati.
Mulailah
beraksi dari hal-hal kecil untuk melakukan perubahan. Perjuangan bukan ditunggu
tetapi harus diperjuangkan. Salam aksi dan inspirasi!
Oktiani Endarwati
0 komentar:
Posting Komentar