Minggu, 14 Juni 2015
Pada tanggal 6 Juni 2015, GF
Kuningan City dipenuhi oleh para perempuan berpakaian merah yang merupakan
peserta acara Datang Bulan CeweQuat. Acara yang bertema “How to create the
strong personal branding” ini menghadirkan Dya Loretta (@dyaloretta) dan Haviez
Gautama ( @haviez) sebagai pembicara.
Menurut Dya Loretta yang merupakan
seorang direktur bisnis, dosen Marcomm dan
perintis DLo Project, untuk melakukan personal branding, hal- hal yang perlu
dilakukan pertama kali adalah mengenali diri sendiri (self). Kenali diri sendiri itu penting untuk menentukan apa yang
kita sukai di dalam diri kita, setelah mengenali diri sendiri, cobalah
elaborasi diri dengan keterampilan (skill)
yang kita punya, tekuni keteramplian itu. Lalu, percaya diri (confidence)
dengan diri dan keterampilan kita agar orang lain pun ikut percaya terhadap
kemampuan kita. setelah itu, komunikasikan (communication)
hal-hal tersebut dengan orang lain atau hal-hal yang tidak disenangi org lain
terhadap kita, karena dengan berkomunikasi personal branding akan lebih mudah
dilakukan.
Selain itu, beberapa hal yang juga
perlu diperhatikan adalah inner beauty
seperti memiliki sikap yang sopan dan ramah, attribute seperti berpenampilan yang pantas, dan introduction seperti cara menyapa atau
memulai percakapan dahulu. Dua Loretta juga memberi saran untuk melakukan
personal branding tanpa terkesan muka dua adalah kenali porsi kerja agar kita
tahu waktu yang tepat untuk beramah tamah atau pun tegas. Untuk, mengetahui dan
menunjukkan diri kamu dengan tepat, kita bisa menggunakan analisis SWOT. Pesan
Dya Lorreta untuk para peserta dalam melakukan personal branding adalah "not to be others, just be the real you".
Pada sesi diskusi kedua, Haviez
Gautama yang merupakan Senior Vice
President, Head of Coporate Communications Commonwealth Bank Indonesia ini
mengatakan untuk melakukan personal branding butuh proses agar tidak dicap
sebagai pencitraan belaka atau jelek. Dalam diskusi kedua ini, para peserta
dapat mengetahui perbedaan personal branding dengan reputasi. Branding adalah cara yang kita lakukan
untuk membuat diri kita dikenal sedangkan reputasi adalah hasil yg sudah kita lakukan
dan dinilai oleh masyarakat yang penilainnya tidak terkontrol.
Haviez mengatakan tidak ada hanya
satu instrumen yang cocok untuk satu tujuan sama halnya dengan tidak ada hanya
satu jenis investasi yang dipakai untuk mengelola keuangan. Menurutnya, hal
pertama dan mudah untuk dilakukan sbg personal branding adalah have good first impression, cobalah
selalu berpenampilan yang tepat karena penampilan itu menentukan penilaian
pertama prang untuk pertama kali. Penampilan yang baik juga harus didampingi
oleh keterampilan diri yang baik agar nilai personal branding kita tidak turun.
Dan, yang paling penting dalam melakukan personal branding adalah “being your true self”. Acara ini ditutup dengan dengan
pembagian 3 tiket konser Pangeran Muda dan 20 buku CeweQuat Book 2 untuk para
peserta yang beruntung. Tidak lupa juga, dilakukan foto bersama antara para
peserta, panitia, dan anggota komunitas CeweQuat.
Nuril Imtihannah
Selasa, 09 Juni 2015
Brunei Darussalam Theatrical Talkshow "The Journey of Unexpected Treasures" telah dilaksanakan di The Ice Palace - Lotte Shpping Avenue Jakarta pada Jumat, 5 Juni 2015 kemarin. Acara ini ditujukan agar para mahasiswa dan mahasiswi yang sebentar lagi menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean tidak akan kaget dengan budaya negara-negara Asean khususnya Brunei Darussalam ini.
Senin, 01 Juni 2015
Sukses adalah sebuah kata yang diimpikan oleh jutaan umat manusia di seluruh belahan dunia. Tidak ada seorangpun yang bermimpi akan kegagalan. Banyak orang berkata bahwa kesuksesan haruslah dikejar kapanpun itu waktunya, seperti apa yang dikatakan oleh Budi G. Sadikin CEO Bank Mandiri pada acara Young On Top National Conference 2015 “Tidak ada kata terlambat untuk sukses, yang terpenting ikuti kata hati, tau apa yang kita inginkan, tau bagaimana caranya meraih apa yang diinginkan, optimis dan pantang menyerah”. Budi juga menambahkan satu point penting yang harus anak Indonesia ingat yaitu “di atas langit masih ada langit”.
Terkadang banyak orang
merasa lelah untuk meraih sukses karena suatu kegagalan yang mereka alami.
Mereka menyerah pada impian yang telah mereka bangun. Namun apabila mereka serius dengan impian
itu, mereka tidak akan mengenal rasa lelah untuk mengerjarnya karena kegagalan
bukanlah segalanya. Calvin Kizana, CEO Pic Mix menyarankan anak muda Indonesia
untuk belajar dari kegagalan, karena menurutnya kegagalan tidak akan mungkin
untuk dihilangkan apalagi dilepaskan, kegagalan hanya mungkin untuk
diminimalkan oleh karena itu “belajarlah sesuatu yang baru dari kegagalan
untuk meraih sukses” ujarnya.
William Tanuwidjaya, CEO
dari Tokopedia juga memberikan salah satu kunci untuk mencapai sukses pada
acara Young On Top National Conference 2015 kemarin 23 Mei 2015, kuncinya yaitu
adalah sebuah kepercayaan. “Percayalah dulu pada diri sendiri setelah itu
anda baru akan dapat membangun kepercayaan orang lain” ujarnya. Bagi
William manusia itu terlahir dengan 2 karakter dalam meraih sukses, yang
pertama adalah seseorang yang bermimpi dengan mata tertutup tanpa sebuah aksi
dan yang kedua adalah seseorang yang bermimpi dengan mata terbuka, yaitu seseorang
yang selalu berjuang untuk mimpinya dengan melihat kesempatan apa yang ia
miliki. William mengatakan utuk menjadi sukses “ kita harus bisa menjadi
seorang yang tulus dengan diiringi rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu
berusaha berbagi ilmu seperti seorang guru dan terus menerus belajar seperti
seorang murid”.
Sedangkan bagi Friderica
Widyasari, Direktur Bursa Efek Indonesia untuk menjadi sukses adalah dengan “jangan
pernah melihat kebelakang, apapun yang kalian lakukan sekarang, lakukanlah
dengan baik sebaik yang kalian bisa, dan yang paling penting dekat dengan Tuhan”
ujarnya.
Kepercayaan adalah hal
yang sangat penting untuk meraih sukses terlebih di dunia bisnis. Menurut Steve
Kosasih CEO Trans Jakarta “Seseorang akan percaya kepada anda karena anda
layak untuk dipercaya”. Bagi Steve tidak ada yang lain selain bekerja keras
untuk mendapatkan kepercayaan orang lain, selain itu Steve menambahkan bahwa
kita boleh bermimpi tapi berhentilah untuk berandai-andai karena berandai-andai
hanya akan membuat kita tak bergerak dan menjadi bodoh. Hal yang paling
ditekankan oleh Steve untuk mencapai sukses adalah kepedulian kepada orang
lain. “orang tidak akan peduli seberapa banyak kamu tahu, hingga ia tahu
seberapa banyak kamu peduli” ujarnya.
Sari Kumala Siregar
“How To Lead and Be Impactful Leaders”
Young On Top National Conference (YOTNC) merupakan sebuah
konferensi akbar yang di gelar setiap tahun oleh PT. YOT Nusantara. Garis besar
tema yang diangkat dalam konferensi ini yaitu leadership, baik leadership dari
pandangan seorang pengusaha, pimpinan perusahaan maupun pemerintahan. Diawali
tahun 2010 YOTNC selalu memberikan yang terbaik untuk seluruh pesertanya.
Puluhan TOP Speaker pernah menjadi bagian dari event ini seperti Andy F Noya,
Najwa Shihab, Kean/ Darwin Kaskus, Harry Tanoe Sudibyo, Gunawan Susanto
(Presdir IBM), dan masih banyak lagi.
Tahun ini, Young On Top
National Conference (YOTNC) digelar pada 23 Mei 2015 di Ballroom Kuningan City
Jakarta Selatan. Tema yang diangkat pada YOTNC tahun ini adalah “How To Lead
and Be Impactful Leaders”. Lima top speakers mengisi acara YOTNC tahun ini
yaitu Steve Kosasih (CEO Trans Jakarta), Friderica Widyasari (Direktur Bursa
Efek Indonesia), Calvin Kizana (CEO PicMix), Budi G. Sadikin (CEO Bank
Mandiri), dan William Tanuwijaya (CEO Tokopedia).
Peserta Young On Top
National Conference (YOTNC) 2015 ini lebih dari 1500 orang dari 20 kota di
Indonesia. Tujuan diselenggarakan event akbar ini yaitu agar anak muda
Indonesia bisa terinspirasi dari perjalanan karir para speakers. Karena jikia
kita bisa mengetahui apa yang orang sukses lakukan, itu merupakan sebuah
kisi-kisi untuk kita jika ingin meraih
kesuksesan juga. Banyak peserta yang terhubung (berkolaborasi) satu sama lain
baik dalam hal pertemanan maupun bisnis.
PT. YOT Nusantara
merupakan perusahaan yang terlahir berkat terbitnya buku “Young On TOP”.
Dipimpin oleh Billy Boen sebagai Founder dan CEO, perusahaan ini juga berada
dibawah pengawasan Andy F. Noya selaku presiden komisaris, dan Rudhy Buntaram
selaku komisaris. PT. YOT Nusantara kini memiliki lini bisnis, anatara lain: digital
media network, creative consulting, event, academy, publishing, dan agency.
Perusahaan ini jugalah
yang menaungi komunitas YOT yang fokusnya adalah untuk mengembangkan potensi
generasi muda Indonesia. Komunitas ini terbentuk ketika buku “Young On TOP”
kali pertama diluncurkan pada tanggal 6 April 2009. Kini, YOT telah memiliki
ratusan ribu YOTers di seluruh penjuru tanah air.
Dengan moto “Learn &
Share”, semua kegiatan YOT memiliki sebuah benang merah, yaitu untuk belajar
sebanyak-banyaknya dan berbagi sebanyak-banyaknya.
Sari Kumala Siregar
Pada tanggal 17 Mei 2015,
mahasiswa jurusan tata rias UNJ angkatan 2011 mempersembahkan The Fairytale of
Season di Convetional Hall, Gedung SMESCO. Acara yang juga didukung oleh
mahasiswa Seni Tari sebagai pemeran, mahasiswa Bahasa Indonesia sebagai ahli
naskah dan dialog, dan mahasiswa Seni Musik sebagai pengatur latar musik. Turut
disponsori oleh brand make-up MAKE
OVER, MAP TOUR & TRAVEL, ASITA, IATA, AMPHURI, INDOLAKTO, dan SOPHIE
MARTIN.
The Fairytale of Season merupakan
acara pertunjukan karya mahasiswi Tata Rias yang terinspirasi oleh cerita
dongeng pada 4 musim – semi, panas, gugur, dan dingin. Acara ini berlangsung
selama 4 jam mulai pukul 13.00 WIB, selama acara berlangsung para penonton
disuguhkan dengan tata panggung yang artistic dan riasan wajah maupun pakaian
para penari yang sangat unik sesuai dengan tema acara.
Selain menampilkan pertunjukan
yang terinspirasi oleh cerita Beauty and The Beast, Alice in Wonderland, Oz The
Great and Powerful Wizard, dan Frozen, terdapat juga pengundian hadiah paket
umroh untuk penonton yang beruntung dan workshop dari MAKE OVER.
“acara ini sangat menarik, saya
sangat suka dengan kostum para pemerannya apalagi peran Ratu Putih di Alice in
Wonderland” ujar Ana, Mahasiswa jurusan ekonomi.
Sari Kumala Siregar