Rabu, 09 Agustus 2017
Pada Minggu 6 Agustus 2017 telah
digelar acara tahunan milik Program Studi Bahasa Jepang FIB Universitas Indonesia.
Acara ini memiliki nama Gelar Jepang UI atau disingkat GJUI dan telah memasuki
tahun ke-23. Acara ini digelar selama 3 hari yaitu mulai tanggal 4-6 Agustus
2017. Pada tanggal 4&5 Agustus acara digelar di Pusat Studi Jepang FIB UI
Depok, dan pada tanggal 6 Agustus acara digelar di Boulevard UI Depok. Selain
tempat yang membedakan, harga tiket masuk pun berbeda. Pada tanggal 4&5 Agustus jika datang ke acara ini tidak dikenakan biaya alias free, sedangkan
pada tanggal 6 Agustus dikenakan HTM sebesar Rp 30.000.
Menurut penyelengggara, tujuan
diadakannya acara ini yaitu karena ingin budaya Jepang lebih dikenal oleh
masyarakat umum. Tema yang diusung pada acara gelar jepang tahun ini yaitu
“Japan in Harmony” dengan harapan adanya harmony antara budaya, seni, dan
pendidikan. Acara gelar Jepang ini telah dipersiapkan sejak 6 bulan lalu dan
hanya anak Program Studi Jepang FIB UI yang terlibat dalam acara ini. Pada
awalnya, sasaran yang ditunjukkan oleh acara ini yaitu untuk kalangan mahasiswa
dan anak sekolah tetapi banyak juga karyawan atau pekerja yang datang ke acara
gelar Jepang ini.
Penyelenggara juga memilik harapan
agar pengunjung setiap tahun naik dan yang datang tidak hanya wibu saja, tapi
dari semua kalangan.
Atuy
Selasa, 08 Agustus 2017
Acara LGV berlangsung
dengan open registration jam 7 sampai 9 pagi dan dilanjutkan membuka acara oleh dua MC yang
menyapa hangat peserta kursus. Selanjutnya diberikan kesempatan kepada ketua
pelaksana untuk memberikan sambutan dan dilanjutkan dengan
penampilan-penampilan yang melibatkan mahasiswa dan mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Prancis. Mulai dari panitia angkatan 2016 sampai senior
angkatan 2013 yang ikut tampil menunjukkan bakatnya dalam menguasai budaya dan
bahasa Prancis.
Ada sebuah
penampilan yang menyanyikan salah satu lagu berbahasa Perancis dengan judul Le Sens de la Vie dan satu lagu lainnya. Dilanjutkan oleh penampilan Standup Comedy oleh mahasiswa prodi lain
yang diundang khusus di LGV ini.
Kelangsungan
acara cukup ramai karena seperti yang sudah dikatakan bahwa jumlah peserta memenuhi
kuota. Menariknya akan dipilih salah satu peserta terbaik yang mengikuti kursus
dengan keseriusan dan keaktifannya dalam mempelajari bahasa Prancis saat
kursus berlangsung.
Setelah
menyaksikan bermacam-macam penampilan, tibalah saatnya para peserta dibagi
berdasarkan kelas kursus. Pada tahun ini, nama-nama kelas kursus diambil dari
nama-nama keju yang ada di Prancis. Terdapat 5 kelas yaitu Brie, Faiselle, Delice, Vachrins, Camemberf.
Peserta
mengikuti fasil masing-masing menuju ruang kelas yang dimana adalah kelas-kelas
di salah satu gedung IDB yang juga berada di kampus A, Universitas Negeri
Jakarta.
Manfaat yang di
dapat dengan mengikuti kursus ini adalah sertifikat, modul pembelajaran,
merchandise, cemilan khas Prancis sampai menonton film Prancis.
Motivasi diadakannya
acara ini untuk melatih mahasiwa maupun mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa
Prancis agar terlatih memberikan ilmu, mengajar sesama mengenai budaya dan
bahasa Prancis. Sehingga keuntungan tidak hanya dirasakan oleh peserta kursus
namun juga untuk panitia.
Suatu acara pasti
tidak hanya memiliki hal-hal yang baik saja, adapun faktor penghambat seperti
yang terjadi dalam LGV. Menurut sang ketua, Muhammad Irfan, ada beberapa
kendala seperti kurang menguatkan dalam hal publikasi, mengajak mahasiswa baru
(maba) untuk memenuhi target sosialisasi
budaya dan bahasa Prancis kepada mereka, sampai hal administrasi. Namun,
beruntungnya semua itu bisa dihadapi karena acara LGV ini bisa terlaksanakan.
Dengan
berlangsungnya acara ini dan beberapa kendala yang sempat ada, Irfan mengharapkan
LGV pada tahun berikutnya akan lebih baik lagi dengan persiapan yang lebih
matang agar acara nya tetap menjadi acara unggulan yang ada di dalam Prodi
Pendidikan Bahasa Prancis.
Ravica
Sabtu, 05 Agustus 2017
1.1. Peresmian secara simbolis oleh jajaran direksi Philips Lighting Indonesia dan Kopernik |
Jakarta, 2 Agustus 2017- Philips Lighting resmi meluncurkan
program “Kampung Terang Hemat Energi”. Philips Lighting memberikan sistem
pencahayaan LED tenaga surya untuk menerangi lebih banyak desa terpencil di
seluruh Indonesia melalui program ini. Sebelum adanya program ini desa-desa
mengandalakan sumber pencahayaan yang menggunakan minyak tanah dan lilin
sehingga penduduknya rentan terhadap bahaya kesehatan, keselamatan, dan
lingkungan.
Program “Kampung Terang Hemat Energi” ini telah dimulai
sejak tahun 2015 dan sudah berhasil di Sembilan desa yang tersebar di tiga
kabupaten di Sulawesi Selatan. Program “Kampung Terang Hemat Energi” ini
menyediakan penerangan untuk rumah dan fasilitas umum seperti Puskesmas,
sekolah, balai desa, dan jalan umum di desa tersebut. Pada tahun ini (2017)
Philips akan melakukan ekspansi ke wilayah Sumatera utara, Bali Timur,
Kalimantan Tengah, dan Maluku, diawali dengan menjangkau enam desa di Sumatera
Utara.
1.2 Percontohan LED tenaga surya |
1.3. Proses distribusi lampu LED ke desa-desa |
Untuk setiap desa terpilih, program “Kampung Terang Hemat Energi”
memberikan paket pencahayaan LED tenaga surya Philips yang inovatif, yang
terdiri atas; Solar Indoor Lighting System lengkap dengan panel surya, Philips
LifeLight yang 10 kali lebih terang dari lampu minyak tanah, dan Solar LED Road
Light untuk menerangi jalan-jalan di desa pada malam hari. Tenagasurya yang
digunakan Philips LED ini sangat membantu karena tidak perlu penaikan
kabel-kabel dari PLN.
“Kami sanagat senang dapat menolong lebih banyak lagi
masyarakat dengan menjembatani kesenjangan pencahayaan antara kota dan wilayah
pedesaan melalui program “Kampung Terang Hemat Energi”. Pencahayaan akan
membantu kehidupan masyarakat, memampukan kegiatan sehari-hari seperti belajar,
dan kegiatan kemayarakatan atau pekerjaan rumah lainnya setelah matahari
terbenam.” ujar Rami Hajjar, Country Leader Philipis Lighting Indonesia.
Philips Lighting Indonesia juga bekerjasama sejak tahun 2015
dengan lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) Kopernik yang bergerak di bidang
teknologi untuk memberdayakan penduduk di desa terpencil. Di thaun yang sama,
Philips Lighting secara globalmenyerukan ajakan untuk mengakhiri kemiskinan
cahaya dalam rangka Tahun Cahaya Internasional PBB.
Enggal
Senin, 31 Juli 2017
Pada
tanggal 27 Juli 2017, Jakarta. Program Sabang Merauke kembali di gelar di Ruang
Serbaguna Perpustakaan Kemendikbud RI Gedung A Lantai 1 Kemendikbud ini.
Program yang dimulai semenjak tahun 2013 ini bertujuan untuk menanamkan rasa
toleransi pada sesama tanpa memandang latar belakang agama, budaya, kelas
sosial, ataupun perbedaan-perbedaan lainnya. Memasuki tahun kelima, program
pertukaran pelajar ini dilaksanakan selama tiga minggu sejak 15 Juli-5 Agustus
2017, Program ini diikuti oleh lima belas Adik Sabang Merauke (ASM) yang
berasal dari bermacam daerah di Indonesia yang memiliki latar belakang agama
dan budaya yang berbeda. Selama di Jakarta, para asm tinggal bersama Famili
Sabang Merauke (FSM) yang juga dengan latar belakang agama dan budaya yang
berbeda, asm juga didampingi oleh Kakak Sabang Merauke (KSM) sebagai mentor.
Kegiatan ini dirancang untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan, dan
keindonesiaan.
Kegiatan
yang dilakukan oleh peserta SabangMerauke saat berada di Jakarta yaitu
berkunjung ke berbagai rumah ibadah, Eijikman Institue, Museum Nasional, Museum
Perumusan Naskah Proklamasi dan bertemu para Veteran, lpdp Kementrian Keuangan,
Museum Tekstil, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, BTPN, INTEL, Universitas
Podomoro, Art Club Universitas Bina Nusantara, Komunitas Muda Digital, dan
Komunitas Duta Cerita The Habibie Center. Yang menarik di tahun ini yaitu
adanya sesi literasi media dan storytelling, dengan adanya materi ini
diharapkan supaya ASM dan KSM dapat membagikan pengalamannya pada publik dan
belajar cara memanfaatkan sosial media secara positif.
SabangMerauke
percaya, bahwa toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan. Karna
sering sekali intoleransi muncul karena keengganan untuk mengenal lebih baik.
Sesudah acara ini diharapkan para ASM dan KSM ketika kembali ke daerahnya
masing-masing, dapat menjadi duta perdamaian karna sudah pernah mengalami
interaksi dengan orang lain yang berbeda agama dan budaya. Dengan adanya acara
ini kita bisa menyimpulkan, untuk lebih membuka fikiran, supaya tidak mudah
menilai seseorang hanya karna perbedaan agama, budaya, kelas sosial, dan
perbedaan lainnya.
Endras Angelina
Selasa, 25 Juli 2017
Kamis
lalu (20/07) di gelar seminar autism bertempat di Gedung daksinapati (FIP) ,
ruang siding lantai 3, kampus A Universitas Negeri Jakarta yang dihadiri 150
pendaftar. Seminar autism di gelar oleh Program Studi Pendidikan Luar biasa
khususnya kelas B angkatan 2016 yang bertemakan “Mengenal, Memahami, dan
Menangani Autisme”. Tema tersebut diambil dengan tujuan agar masyarakat luas
dapat mengetahui autism lebih dalam bukan hanya sekedar memberi label anak
tetapi juga tau apa ciri dan tanda autism. Selain itu tujuan lainnya adalah
agar orang tua lebih memperhatikan buah hatinya sedari dini agar dapat
mengintervensi secara tepat. Tetapi bukan hanya mengenak seminar ini juga
bertujuan untuk memberi tau cara yeng tepat menangani anak dengan autism secara
dasar.
Seminar
ini melibatkan 2 pembicara yang handal di bidangnya yaitu bapak Paulus Suli, S.Pd, Msi beliau adalah pendiri
sekolah kasih bunda Surabaya dan ibu Nurmayanti, S.Pd beliau tak kalah hebat,
beliau adalah pemilik keanna center, school, and therapy. Selain 2 pembicara
yang memberikan materi, hadir juga Dosen dari Universitas Negeri Jakarta yang
turut menemani pembicara dalam memberikan materi yaitu Dr. Asep Supena, M.Psi,
Selaku Dosen Universitas Negeri Jakarta program studi penddidikan luar Biasa.
Seminar ini di persiapkan cukup singkat hanya kurang lebih 1 bulan dengan
panita yang terlihat bersemangat. Walau hanya 1 bulan seminar ini diminati oleh
kalangan umum serta hasil yang tidak mengecewakan. Yang menarik dari seminar ini
terdapat pendaftar autism yang merupakan mahasiswa baru UNJ dan lebih
menariknya buhan hanya satu tetapi 2 dan mereka kembar.
Motivasi
pada acara ini adalah untuk memenuhi matakuliah Pers.Pendidikan Autismn yang
bagaimana seminar ini adalah tugas akhir. Sebelum diadakan seminar ini team
penilai dari seminar ini menyeleksi 42 laporan dari Kelas B PLB 2016 yang
nantinya dipilih 2 terbaik untuk mempresentasikan dalam seminar ini. Mahasiswa
yang beruntung dalam presentasi ini adalah Chika Mrianda Putri serta Citra Devi
Tyas yang mengangkat perbandiangan antara 2 anak autism dengan jenis yang
berbeda.
Selama
acara berlangsung peserta terlihat sangat antusias terutama kalangan muda.
Acara berlangsung sangat lancar yang ditutup dengan pemberian plakat kepada pembicara
oleh bapak Asep Supena dan pemberian doorprize kepada penonton yang beruntung.
Muhammad Syaifullah